Workshop ke 3 Suara Surabaya Muda batch 2 yang digelar di gedung baru suara surabaya media, Sabtu (13/4/2019) berlangsung seru dengan satu diantara nya menghadirkan Monica Gracia reporter Metro TV.
Monic sapaan Monica Gracia memastikan bahwa menjadi wartawan memang bukan perkara mudah. Termasuk menjadi wartawan Metro TV. Membaca berita atau melaporkan sebuah peristiwa secara live, atau secara langsung butuh banyak persiapan.
“Juga butuh terus latihan. Karena membaca berita dengan melaporkan sebuah peristiwa secara live, tidak sama, berbeda. Butuh persiapan, latihan, dan latihan terus menerus. Sampai hari ini aku tetap terus belajar. Tapi menjadi wartawan itu menyenangkan,” terang Monic.
Lalu Monic mengajak kawan-kawan muda suara surabaya untuk mencoba mencoba membaca sepenggal naskah berita, dengan gaya dan cara masing-masing. Dan gelak tawa maupun berbagai kelucuan mencuat di gedung Suara Surabaya Media.
Dan kembali Monic menyampaikan bahwa itulah pentingnya untuk membaca kembali sebuah naskah berita sebelum berada di depan kamera dan ditayangkan sebuah saluran televisi.
Monic berpesan kepada kawan muda suara surabaya, agar tidak berhenti memberanikan diri mencoba dan terus belajar jika ingin menjadi wartawan televisi seperti dirinya. “Jangan takut mencoba. Terus belajar jangan berhenti, meskipun nanti sudah jadi wartawan,” pesan Monic.
Di sesi kedua peserrta workshop ke 3 diberikan materi pengambilan gambar juga editing video oleh tim grafis Suara Surabaya. Didik Tama tim grafis tentang persiapan dan bagaimana mempersiapkan produksi grafis dalam hal ini video.
“Persiapan itu penting sekali sebelum melakukan pengambilan gambar, agar tidak bingung dan tidak asal-asalan mengambil gambar, yang justru malah membuat produksi malah melenceng. Bayangkan kalau untuk pengambilan gambar saja tidak ada persiapan, bisa amburadul produksinya,” tegas Didik.
Purnama yang juga bagian dari tim grafis Suara Surabaya menjelaskan beberapa teknik pengambilan gambar. Mulai dari angle, hingga komposisi yang bagus untuk sebuah gambar produksi video.
“Ini ilmu baru. Aku dapet ilmu baru dari mas Purnama dalam bidang pengambilan maupun editing video, mas Purnama jelasinnya sambil praktek pula jadi aku langsung paham,” ujar Bobi SS Muda batch 2 dari SMKN 1 Surabaya.
Usai break istirahat dan makan siang, J. Kriswanto Fotografer AFP (Agent France Presse) di Surabaya membagikan pengalamannya serta sharing karya-karyanya yang dimuat beberapa media nasional dan media internasional.
Kriswanto juga mengingatkan bahwa foto-foto yang memang diproduksi untuk skala pemberitaan atau media nasional jauh berbeda dengan untuk konsumsi media di luar Indonesia.
“Foto untuk berita asing harus lebih unik bahkan aneh daripada foto-foto yang sering beredar di berita lokal, karena selera orang berbeda-beda. Termasuk selera foto untuk masyarakat di Indonesia akan berbeda dengan masyarakat di luar negeri. Foto wajib bagus, tetapi sekaligus memiliki kekuatan pada pesan atau nilai informasi,” papar Kriswanto.
Bahkan beberapa foto yang terlihat biasa di indonesia, seperti foto pedagang kaki lima di jalanan Indonesia, kata Kriswanto menjadi sebuah foto yang menarik dan bernilai untuk berita internasional.
Kriswanto, pada kesempatan itu juga berbagi tips cara memfoto yang menarik hingga memilih lensa yang dapat digunakan dalam berbagai momen seperti dalam event olahraga atau sekedar memotret human interest.
Menutup seluruh rangkaian workshop ke 3 suara surabaya muda batch 2, hadir Erell Hemmer dan Remi Decoster keduanya fotografer kontempoirer asal Prancis yang sedang melakukan residensi di Surabaya, dan karyanya dipamerkan di House of sampoerna.
Erell dan Remi berbagi pengalaman bagaimana membuat foto-foto yang tidak saja menarik tetapi memiliki kekuatan berkisah. “Butuh pendalaman, butuh eksplorasi, untuk mendapatkan foto-foto yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan patah semangat. Terus belajar dan berlatih,” pesan Erell dan Remi hampir sama.(Gibran/SS Muda batch I/SMAN 2/tok)