Jurnalisme memiliki peran penting untuk mendukung aktivisme satwa dan segala bentuk aktivisme lain. Bicara dalam Workshop Suara Surabaya Muda (SS Muda) Batch 3, Amang Raga aktivis perlindungan satwa dari Jakarta Animal Aid Network mengatakan media mampu mengabarkan kegiatan penyelamatan satwa yang berdampak positif pada pemahaman masyarakat.
“Bagaimana peran jurnalis pada activism. Disini media sangat membantu isu yang kita sampaikan ke masyarakat,” ujar Amang pada Sabtu (26/10/2019).
Di hadapan puluhan pelajar Surabaya yang tergabung dalam SS Muda Batch 3, Amang juga menunjukkan beberapa foto dan video karya jurnalis yang memotret kegiatan aktivis satwa. Beberapa karya memperlihatkan upaya penyelematan monyet, orangutan, penyu hingga malalia laut seperti paus dan lumba-lumba.
“Kita (manusia, red) sering memelihara monyet, karena dianggap lucu. Tapi, bagaimana cara mendapatkan anakan monyet? Merebut kalian (ketika masih kecil, red) dari bu kalian itu gimana? Untuk mendapat bayi, monyet, pemburu harus menembak ibunya,” jelasnya.
Melalui foto dan video, puluhan pelajar ini juga ditunjukkan bagaimana praktek-praktek hiburan satwa dilakukan dengan cara yang tidak baik. Mereka fokus melihat penjelasan Amang mengenai monyet yang dilatih dengan kejam untuk topeng monyet, juga lumba-lumba yang stres karena harus menjalani hidup sebagai satwa sirkus.
Sebagai informasi, penjelasan Amang ini menjadi bagian dari Workshop Suara Surabaya Muda Batch 3 yang digelar di Kantor Suara Surabaya Media, Jalan Wonokitri Besar 40C, Surabaya pada Sabtu (26/10/2019). Ada 30 siswa yang tergabung dalam SS Muda Batch 3 ini, masing-masing yaitu SMAN 21, SMA Barunawati, SMA Trimurti, SMAK Prapanca 2, dan SMA Katolik Hendrikus. (bas/dwi/ipg)