
Studi baru dalam jurnal “Nature Mental Health” mengungkapkan bahwa anak yang lahir dari ibu yang menggunakan asetaminofen atau pereda nyeri selama kehamilan, berisiko terkena attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Dijelaskan bahwa ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi suasana hati, fokus, rentang perhatian, dan pola perilaku. ADHD ini gangguan umum yang sebagian besar menyerang anak-anak. Namun, gejala yang muncul di masa kanak-kanak dapat berlanjut hingga dewasa juga.
Sementara, asetaminofen adalah obat pereda nyeri yang dijual bebas dan umum yang membantu meredakan kram otot, sakit kepala, sakit gigi, sakit punggung, dan kram menstruasi. Namun bila dikonsumsi oleh ibu hamil, obat ini dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak.
Melansir dari Antara pada Minggu (2/3/2025), penelitian ini dilakukan dengan menganalisis sampel darah dari 307 ibu hamil antara tahun 2006 hingga 2011. Ditemukan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang menggunakan obat bebas umum ini untuk menghilangkan rasa sakit memiliki risiko ADHD sebesar 18 persen.
Khususnya, kemungkinan diagnosis ADHD tiga kali lebih besar pada anak-anak yang ibunya memiliki kadar asetaminofen yang terdeteksi dalam darah mereka.
Studi tersebut juga mengamati bahwa anak perempuan yang lahir dari ibu yang menggunakan asetaminofen memiliki risiko lebih besar untuk mengalami ADHD daripada anak laki-laki. Hal ini lantaran efek pada obat itu menimbulkan enam kali lebih menonjol pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Tylenol adalah salah satu bahan asetaminofen yang biasanya diresepkan untuk ibu hamil guna meredakan rasa tidak nyaman. Obat ini merupakan obat pereda nyeri umum yang dikonsumsi ibu hamil pada suatu saat di masa kehamilan.
Sheela Sathyanarayana rekan penulis yang sekaligus seorang dokter anak di SCRI mengatakan kepada New York Post, “Obat ini juga telah disetujui beberapa dekade lalu dan mungkin perlu dievaluasi ulang oleh FDA. Asetaminofen tidak pernah dievaluasi untuk paparan janin terkait dampak jangka panjang pada perkembangan saraf.”
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan penelitian tentang keamanan penggunaan Tylenol saat hamil “terlalu terbatas untuk memberikan rekomendasi apa pun”.
Namun, badan tersebut menyarankan agar ibu hamil berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi Tylenol.
“Karena ketidakpastian ini, penggunaan obat pereda nyeri selama kehamilan harus dipertimbangkan dengan saksama. Kami mengimbau ibu hamil untuk selalu mendiskusikan semua obat dengan tenaga kesehatan sebelum menggunakannya,” imbau pernyataan FDA. (ant/dra/saf/ham)