![](https://www.suarasurabaya.net/wp-content/uploads/2023/12/Ilustrasi-pria-yang-mengalami-depresi-sedang-duduk-di-pinggir-tempat-tidurnya-170x110.jpg)
Ternyata pepatah “jika tidak dapat menyelesaikan suatu masalah, tidurlah, dan pikirkanlah,” bukan sekadar saran sembarangan.
Terbukti dengan sains yang menjelaskan bagaimana tidur dapat membantu berpikir jernih dan memecahkan suatu masalah, melansir dari Medical Daily pada Rabu (12/2/2025).
Dalam studi terkini yang diterbitkan dalam Journal of Sleep Research, para peneliti meneliti bagaimana jenis tidur tertentu, yaitu tidur siang yang bisa membantu dalam pemecahan masalah secara kreatif.
Eksperimen pemecahan masalah dilakukan oleh peneliti pada sekelompok yang berjumlah 58 orang di bawah usia 30 tahun dari Texas State University. Separuh dari peserta diizinkan tidur siang selama dua jam sebelum memecahkan teka-teki yang sebelumnya tidak dapat mereka pecahkan, sementara separuh lainnya mencoba memecahkan teka-teki tersebut tanpa tidur.
Hasil eksperimen menunjukkan, jika orang yang tidur siang sebelum menyelesaikan soal memiliki performa lebih baik daripada mereka yang tetap terjaga. Rata-rata, kelompok yang tidur siang menyelesaikan 43 persen soal, sedangkan kelompok yang terjaga hanya menyelesaikan 15 persen.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa hal ini terjadi karena tidur, terutama jenis yang mencakup fase rapid eye movement (REM), membantu orang dalam transfer analogis untuk memecahkan masalah yang tidak dapat diselesaikan sebelum tidur siang.
Transfer analogis adalah kemampuan untuk menggunakan wawasan dari masalah yang berbeda untuk memecahkan masalah baru yang terkait.
Tidur dengan gerakan mata cepat (REM) adalah fase saat mata bergerak cepat ke berbagai arah, dan aktivitas otak menjadi sama tingginya seperti saat terjaga.
“Tahap tidur ini mungkin memainkan peran penting dalam memanfaatkan pengalaman masa lalu sebaik-baiknya dengan membangun dan memperkuat asosiasi yang tidak mudah terlihat dalam kehidupan kita saat terjaga,” tulis para peneliti.
“Penelitian saya sebelumnya berfokus pada pemahaman tentang bagaimana ingatan berubah selama tidur. Namun, reorganisasi pengetahuan yang terjadi selama konsolidasi ingatan tidak diragukan lagi memengaruhi aspek kognisi lainnya juga. Saya secara khusus tertarik pada bagaimana inisiasi dan/atau penguatan hubungan antara ingatan baru dan lama dapat membantu dalam pemecahan masalah,” kata Carmen E Westerberg penulis studi sekaligus seorang profesor di Texas State University.
“Kesimpulan utamanya adalah jika memiliki masalah sulit yang tidak dapat dipecahkan, proses yang terjadi saat tidur dapat memberi wawasan setelah bangun yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut,” tambah Westerberg. (dra/saf/iss)