Jumat, 7 Februari 2025

Studi: Terlalu Bergantung pada Video Pendek di Media Sosial Dapat Turunkan Minat Belajar Anak

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi anak-anak bermain gadget. Foto: iStock

Video pendek di Tiktok Video, Instagram Reels, dan Youtube Shorts belakangan menjadi konsumsi yang sangat menarik. Namun, beberapa studi menyebutkan, rupanya terlalu sering menonton video pendek di platform media sosial itu memiliki dampak serius bagi akademik anak.

Terlepas dari manfaat media sosial, ada kesenjangan yang nyata dengan dampak buruk menonton video pendek terlalu sering terhadap fungsi kognitif otak.

“Jadi kalau anak anda melihat reels, itu kan durasinya sangat singkat, cepat dan berubah-ubah terus. Itu membuat anak mengalami hyperstimulated,” kata dr. Julian Raymond Irwen SpKJ spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Hermina Bitung dalam wawancara eksklusif di Tangerang, Banten, Kamis (6/2/2025) dilansir dari Antara.

Sementara dilansir dari sumber berbagai, Jumat (7/2/2025), terdapat studi yang terbit di Frontiers pada 27 Juni 2024 mengungkapkan adanya keterkaitan antara kebiasaan menonton video pendek dengan fungsi perhatian dan pengendalian diri.

Hal ini berarti bahwa orang yang cenderung sering menonton video pendek akan mudah terganggu perhatiannya dan pengendalian dirinya.

Dikutip dari Social Media Psychology, menonton video pendek dapat secara berlebihan dapat berdampak negatif pada kemampuan kognitif dan kesejahteraan pengguna, berikut penjelasannya:

1. Penurunan Daya Ingat dan Konsentrasi

Video singkat seperti yang ada di TikTok dapat melemahkan daya ingat dan fokus. Kebiasaan menonton video pendek berulang kali membuat sulit berkonsentrasi pada konten yang durasinya lebih panjang, bahkan bisa menimbulkan stress saat harus menyimak materi lebih mendalam.

2. Menyebabkan Kecanduan

Fitur seperti unlimited scrolling dan algoritma yang menyesuaikan rekomendasi dengan minat pengguna membuat media sosial sulit ditinggalkan.

Sistem ini seperti hadiah acak dalam perjudian yang merangsang pelepasan dopamin dan memperkuat ketergantungan pengguna terhadap aplikasi.

3. Meningkatkan Ketergantungan pada Hiburan Instan

Media sosial memberikan kenyamanan instan dalam mengatasi kebosanan, tetapi juga membuat sulit menemukan kepuasan dalam aktivitas lain. Akibatnya, mereka menjadi lebih bergantung pada media sosial untuk hiburan.

4. Menghambat Kemampuan Membaca

Konten visual tanpa teks di media sosial menjadi konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, menjaga kebiasaan membaca secara konsisten merupakan hal penting saat ini.

5. Mengubah Pola Konsumsi Media Sosial

Popularitas video pendek telah merambat ke platform lain yang menghadirkan fitur serupa. Perubahan ini menunjukkan pergeseran tren dalam konsumsi media sosial, yang dapat berdampak pada kesehatan otak dan kemampuan berpikir.

Untuk mencegah hal tersebut, Julian menyarankan pada orang tua untuk melakukan pendampingan dan pengawasan sehingga anak tidak mengalami kecanduan main gawai.

Selain itu, terdapat beberapa gejala dari anak yang kecanduan dan perlu diwaspadai seperti mudah tantrum ketika orang tua membatasi waktu bermainnya, adanya perubahan emosi yang meledak-ledak, anak rela tidak tidur untuk bermain gawai hingga sulit menghentikan kebiasaan berjauhan dengan gawai. (dra/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 7 Februari 2025
32o
Kurs