
Berpindah ke tempat baru merupakan perubahan besar yang bisa menimbulkan kekhawatiran di tengah kegembiraan dan harapan.
Ditulis laman Hindustan Times, Minggu (23/3/2025), Dr Ajit Dandekar Psikiatri dan Kesehatan Mental, Rumah Sakit Super Spesialis Nanavati Max di Mumbai mengatakan, kepindahan adalah perubahan besar yang membebani kesehatan mental. Ada jenis stres yang terkait dengan kepindahan, yang disebut stres transisi.
“Beberapa penelitian telah menyoroti bahwa pindah ke tempat baru sering kali memicu guncangan budaya. Hal itu dapat melibatkan stres psikologis, kecemasan, atau depresi karena norma-norma yang tidak dikenal dan hilangnya jaringan pendukung lama. Kami sering mengamati bahwa individu umumnya mengalami suatu bentuk “stres transisi,” terutama jika lingkungan baru sangat berbeda dari budaya asal seseorang,” katanya, dilansir dari Antara.
Dr. Ajit Dandekar melanjutkan, perlu waktu untuk menyesuaikan diri agar dapat membangun kembali rumah dan merasa betah di tempat baru. Dia menyarankan untuk mengatasi kesepian dan rindu kampung halaman dengan membangun hubungan sosial.
Mencari teman baru, bergabung dengan kelompok sosial, dan mencari orang dengan latar belakang yang sama untuk ketenangan emosional bisa menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi kesepian.
“Seseorang dapat mempelajari keterampilan praktis untuk kehidupan sehari-hari guna menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Jika Anda pindah ke daerah dengan bahasa yang berbeda dari bahasa Anda, kembangkan dan pelajari kemampuan komunikasi baru untuk mengurangi kesalahpahaman dan menghindari kemungkinan perasaan terisolasi,” katanya.
Sementara itu, Dandekar menyebut waktu penyesuaian diri dengan lingkungan baru berbeda tiap orang.
Adaptasi awal seringkali memakan waktu beberapa bulan hingga satu tahun untuk mencakup rasa nyaman dengan adat istiadat setempat, persahabatan yang stabil dan stabilitas emosional.
Penyesuaian di tempat baru juga berbeda bagi anak karena mereka lebih berfokus pada apa yang mereka tinggalkan seperti teman lama dan lingkungan sekolah yang sudah mereka kenal.
Hal tersebut menyebabkan banyak tekanan pada anak-anak, dan di titik kritis itu anak membutuhkan dukungan dari orang tua.
Bagi orang tua yang membawa anak untuk pindah ke tempat baru, Dandekar menyarankan untuk mengakui dan menanggapi kecemasan anak, mempertahankan rutinitas yang sudah dikenal seperti tradisi budaya, dan mendorong partisipasi dalam kegiatan sekolah atau masyarakat.
Itu membantu kaum muda memperoleh dukungan sosial, membangun persahabatan baru, dan secara bertahap merasa betah di lingkungan tersebut.(ant/bel/rid)