Kamis, 13 Februari 2025

Peringatan Hari Radio Sedunia: Evolusi Radio dari Masa ke Masa

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Peringatan Hari Radio Sedunia. Grafis: Bram suarasurabaya.net

Hari ini Kamis (13/2/2025) diperingati sebagai Hari Radio Sedunia atau World Radio Day untuk mengingat peran penting radio dalam kehidupan sehari-hari.

Dilansir dari berbagai sumber pada Kamis, Hari Radio Sedunia 2025 ini mengangkat tema “Radio and Climate Change” atau “Radio dan Perubahan Iklim” untuk mendukung stasiun radio dalam liputan jurnalistik mereka tentang masalah iklim. Hal ini berkaitan dengan masalah iklim di bumi.

Sejak pertama kali ditemukan, radio telah menjadi sumber informasi, hiburan, dan sarana komunikasi yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Meskipun kini banyak media baru bermunculan, radio tetap bertahan dengan beradaptasi mengikuti perkembangan zaman.

Hari Radio Sedunia bukan sekadar perayaan, tetapi juga pengingat tentang bagaimana radio telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Sejak pertama kali ditemukan hingga kini, radio terus berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan kebutuhan pendengar. Dari sinyal telegraf tanpa kabel hingga siaran digital dan streaming online, evolusi radio menunjukkan bagaimana media ini tetap relevan di setiap era.

Simak bagaimana perubahan radio dari masa ke masa

1.Penemuan Awal dan Radio AM
Pada 1895, Guglielmo Marconi mengubah sejarah komunikasi dengan mengirimkan sinyal telegraf nirkabel pertama. Penemuan ini membuka jalan bagi teknologi radio dan mengubah cara manusia berkomunikasi jarak jauh. Tak lagi bergantung pada kabel, suara bisa menembus batas ruang dengan gelombang elektromagnetik.

Awalnya, radio menggunakan modulasi amplitudo (AM) untuk mentransmisikan sinyal suara. Namun, teknologi ini memiliki keterbatasan dalam kualitas suara dan kejernihan sinyal.

Tahun 1920, KDKA di Pittsburgh, Amerika Serikat, mencetak sejarah sebagai stasiun radio komersial pertama dengan menyiarkan hasil pemilihan presiden. Kesuksesan ini memicu lahirnya banyak stasiun radio lain di berbagai negara.

Dalam dekade berikutnya, radio AM berkembang pesat. Berita terbaru, pertunjukan drama, musik, hingga siaran olahraga mengalir di gelombang radio, menemani kehidupan masyarakat setiap hari. Meski rentan gangguan atmosfer, popularitasnya terus meningkat, terutama di kota-kota besar yang haus akan informasi dan hiburan cepat saji.

2. Perkembangan FM Radio

Kemudian, frekuensi modulasi (FM) diperkenalkan pada tahun 1933 oleh Edwin Howard Armstrong, yang memungkinkan transmisi suara yang lebih jernih. FM radio menjadi populer dan masih digunakan hingga saat ini.

Jika radio AM sering terganggu oleh cuaca buruk dan suara bising dari perangkat listrik, FM hadir sebagai solusi dengan kualitas suara lebih jernih dan stabil. Teknologi ini memanfaatkan perubahan frekuensi gelombang radio untuk menghasilkan suara yang lebih bersih dan bebas gangguan.

Namun, butuh waktu bagi FM untuk mencuri perhatian. Hingga akhir 1940-an dan 1950-an, radio AM masih mendominasi, tetapi perlahan banyak penyiar beralih ke FM karena kejernihan suaranya yang lebih cocok untuk musik.

Dengan rentang frekuensi yang lebih luas, FM memungkinkan siaran lagu dengan fidelitas tinggi, membuat pengalaman mendengarkan jauh lebih nyaman. Tak heran, stasiun FM mulai bermunculan di Amerika Serikat dan Eropa sebelum akhirnya merambah ke seluruh dunia.

3. Era Digital dan Streaming

Perkembangan terbaru dalam teknologi radio adalah radio digital. Radio digital memberikan suara yang lebih berkualitas dan peningkatan dalam fitur seperti radio satelit dan streaming online.

Seiring berjalannya waktu, kegunaan radio semakin banyak. Penggunaannya tidak hanya untuk mengirimkan pesan, tapi sudah berkembang menjadi sarana informasi dan hiburan karena banyaknya program radio seperti program drama, komedi, musik, dan berita.

Secara prinsip, sebenarnya radio streaming dan radio konvensional tidak jauh berbeda. Gelombang suara sama-sama ditransmisikan, hanya saja dengan medium yang berbeda.

Prinsip ini memungkinkan siaran radio streaming dapat terdengar ke seluruh dunia, tentunya dengan pengaruh internet. Karena akses yang lebih luas dan lebih mudah dijangkau, banyak radio di Indonesia yang mengolaborasikan sistem radio analog dengan radio internet.

Dengan adanya internet dan teknologi streaming, radio akan semakin terkoneksi dengan audiensnya. Radio juga akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi terbaru untuk tetap relevan dan memenuhi kebutuhan pendengarnya.

Salah satu lompatan besar adalah hadirnya radio digital, yang menawarkan suara lebih jernih dan stabil dibanding siaran analog. Beberapa negara bahkan mulai meninggalkan AM dan FM, beralih sepenuhnya ke sistem digital yang lebih efisien.

Kemudian, ada radio internet dan layanan streaming yang semakin memperluas jangkauan. Kini, pendengar bisa menikmati siaran dari seluruh dunia tanpa batasan geografis.

Platform seperti Spotify, Apple Music, dan TuneIn Radio membuat stasiun radio bisa diakses dengan satu klik. Teknologi ini juga dilengkapi dengan fitur pemutaran ulang dan rekomendasi konten.

Era digital juga melahirkan podcast, yang menawarkan kebebasan memilih konten sesuai selera dan waktu luang. Tak heran banyak stasiun radio yang ikut memanfaatkan podcast untuk menjangkau lebih banyak pendengar. Wawancara, berita, hingga cerita bersambung kini bisa dinikmati kapan saja, tanpa harus terikat jadwal siaran.

Hari Radio Sedunia mengingatkan bahwa radio masih punya tempat di tengah gempuran media modern. Dari dulu hingga kini jadi teman setia di rumah, mobil, hingga kini bisa didengar lewat streaming dan podcast. Bentuknya boleh berubah, tapi radio tetap hadir menghubungkan cerita, informasi, dan suara dari berbagai penjuru dunia.(nis/kir/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Kamis, 13 Februari 2025
25o
Kurs