Sabtu, 22 Februari 2025

Pemanis Buatan Soda Diet Meningkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
Ilustrasi makanan yang mengandung gula. Foto : Pixabay Ilustrasi makanan yang mengandung gula. Foto: Pixabay

Banyak yang berpikir jika gula dapat diganti dengan alternatif lain yang lebih aman. Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa pemanis buatan yang umum digunakan dalam soda diet dan makanan tanpa gula lainnya sebenarnya dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Melansir dari Medical Daily, dalam sebuah penelitian terkini yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism, para peneliti mengevaluasi tikus yang diberi aspartam, pengganti gula yang umum, selama 12 minggu dan membandingkannya dengan tikus yang tidak diberi pemanis buatan. Jumlah aspartam yang dikonsumsi tikus (dosis harian makanan yang mengandung 0,15%) setara dengan sekitar tiga kaleng soda diet per hari untuk manusia.

Hasilnya mengungkapkan bahwa tikus yang diberi aspartam mengalami peningkatan peradangan dan “plak lemak yang lebih besar dan lebih banyak” di arteri mereka, dua faktor utama yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Para peneliti juga mencatat bahwa darah tikus mengalami lonjakan insulin setelah aspartam memasuki sistem mereka. Mereka kemudian menentukan bahwa kadar insulin yang tinggi mungkin merupakan hubungan utama antara aspartam dan kesehatan kardiovaskular.

“Aspartam memicu peningkatan kadar insulin pada hewan, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap aterosklerosis—penumpukan plak lemak di arteri, yang dapat menyebabkan tingkat peradangan yang lebih tinggi dan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke seiring berjalannya waktu,” para peneliti mencatat dalam rilis berita.

Penelitian ini mengidentifikasi sinyal imun spesifik, CX3CL1 yang diaktifkan di bawah stimulasi insulin sebagai faktor kunci untuk peradangan dan penumpukan plak.

“Karena aliran darah melalui arteri kuat dan kokoh, sebagian besar zat kimia akan cepat terbuang saat jantung memompa. Anehnya, tidak demikian dengan CX3CL1. Zat ini tetap menempel pada permukaan lapisan dalam pembuluh darah. Di sana, zat ini bertindak seperti umpan, menangkap sel-sel imun saat mereka lewat,” kata penulis senior Yihai Cao.

Cao yakin bahwa sinyal imun yang sama, CX3CL1, dapat menjadi target potensial untuk mengobati kondisi kronis lain yang melibatkan peradangan pembuluh darah, seperti stroke, artritis, dan diabetes. Mengembangkan agen yang menghalangi fungsi sinyal imun ini dapat memberikan cara baru untuk mengobati dan mencegah penyakit umum dan mematikan pada manusia.

“Pemanis buatan telah merambah hampir semua jenis makanan, jadi kita harus mengetahui dampak kesehatan jangka panjangnya,” Cao memperingatkan. (dra/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Surabaya
Sabtu, 22 Februari 2025
30o
Kurs