Rabu, 16 April 2025

Pakar Kesehatan Ungkap Penyebab Sulitnya Prevalensi Merokok Turun

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi rokok

Prof Tikki Pangestu pakar kesehatan menyebut ada tiga faktor utama yang dinilai menghambat penerapan pengurangan risiko tembakau sehingga berdampak dalam upaya menurunkan prevalensi merokok di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

“Kelompok pengendalian antitembakau yang sangat menentang pendekatan pengurangan risiko tembakau dan cenderung mengedepankan kebijakan yang berfokus pada larangan dan pembatasan, tanpa mempertimbangkan perlindungan kesehatan bagi perokok yang ingin beralih ke produk lebih rendah risiko,” kata Tikki Pangestu dalam keterangan di Jakarta, Senin (14/4/2025).

Kedua adalah posisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tikki mengatakan negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah cenderung mengikuti WHO yang memiliki sikap menolak terhadap pendekatan pengurangan risiko tembakau.

Dampaknya, negara-negara tersebut sering kali mengalami keterbatasan dalam menilai manfaat dari implementasi pendekatan pengurangan risiko tembakau melalui penggunaan produk-produk tembakau alternatif.

Faktor yang terakhir adalah misinformasi tentang produk tembakau alternatif yang menyebabkan pemerintah dan organisasi kesehatan menolak untuk lebih terbuka terhadap potensi produk tembakau alternatif.

Menurut dia, salah satu bentuk misinformasi yang paling umum adalah anggapan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang sama dengan rokok.

“Semua poin tersebut cukup sulit diatasi dan mencerminkan posisi yang hampir tidak dapat didamaikan. Kelompok pengendalian tembakau bertujuan menciptakan masyarakat bebas nikotin, bagi saya itu bersifat ideologis dan sangat tidak mungkin tercapai. Sementara itu, kami di komunitas pengurangan dampak buruk tembakau memiliki tujuan kesehatan masyarakat yang lebih pragmatis,” katanya, dikutip Antara.

Tikki menambahkan, meskipun ada banyak bukti tentang potensi manfaat produk tembakau alternatif dalam mengurangi risiko kesehatan, masih banyak pihak yang mengabaikan hal tersebut.

Pihaknya mencontohkan WHO yang tidak pernah mempertimbangkan potensi ini dalam mengurangi prevalensi merokok.

“Produk tembakau alternatif ini tidak digunakan secara luas untuk mengatasi epidemi merokok yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia. Hal itu benar-benar mempengaruhi saya sebagai seorang ilmuwan. Mengapa para pembuat kebijakan, WHO, mengabaikan begitu saja bukti yang saya yakini sangat kuat bahwa produk ini benar-benar dapat menyelamatkan nyawa,” kata Prof Tikki. (ant/dra/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Rabu, 16 April 2025
26o
Kurs