Obsesi untuk mengonsumsi makanan sehat bisa memicu kondisi yang disebut orthorexia nervosa, gangguan makan akibat obsesi yang tidak sehat untuk mengonsumsi makanan sehat.
Menurut siaran Medical Daily, yang dilansir dari Antara pada Kamis (2/1/2025), orang dengan gangguan ini menjadi begitu sibuk dengan persepsi kesehatan makanan dan hal itu berdampak buruk pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari mereka.
Sebagai gambaran, mereka bisa menjadi terlalu khawatir dan menghindari makanan yang dianggap tidak sehat; terobsesi dengan makanan sehat, nutrisi, dan makan; serta tidak dapat menyimpang dari gaya makan atau pola makan tertentu tanpa merasa cemas.
Ada pula orang yang terjebak dalam diet ekstrem yang menghilangkan karbohidrat, protein, dan vitamin esensial atas nama pola makan sehat.
Penerapan pendekatan ini membahayakan tubuh, karena kekurangan nutrisi dapat menyebabkan gejala seperti rambut rontok, kuku rapuh, terlambat menstruasi, dan kelelahan terus-menerus.
Kalau tak diatasi, obsesi terhadap makanan sehat dapat meningkat menjadi masalah yang lebih serius, yang berpotensi menyebabkan gangguan makan klinis seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam sebuah studi inovatif, para peneliti mengeksplorasi bagaimana kecanduan makan sehat dan idealisme kecantikan ekstrem di kalangan model fesyen dapat memicu gangguan makan dan citra tubuh.
Hasil studi yang dipublikasikan dalam “Eating and Weight Disorders – Studies on Anorexia, Bulimia, and Obesity” itu, menunjukkan bahwa sementara 95 persen peserta studi yang mencakup model dan kelompok kontrol memiliki emosi positif mengenai makan sehat, lebih dari 35 persen model perempuan dan lebih dari 20 persen anggota kelompok kontrol menunjukkan tanda-tanda orthorexia nervosa.
Survei tersebut juga mengungkapkan tren yang meresahkan mengenai indeks massa tubuh para model fesyen, dengan 88,7 persen di antaranya berada di bawah ambang batas berat badan kurang.
Bagi mereka yang ingin menerapkan gaya hidup sehat pada awal tahun baru, direkomendasikan perencanaan diet seimbang jangka panjang dengan tidak mengkategorikan makanan sebagai baik atau buruk.
“Berusahalah menjalani diet jangka panjang yang seimbang alih-alih diet ‘ultra bersih” pada Januari. Sesekali menikmati cokelat atau makanan ringan saat liburan harus menjadi bagian dari diet Anda, tanpa rasa bersalah,” kata dr Nikolett Bogar mahasiswa PhD yang meneliti gangguan makan di Institute of Behavioral Sciences Semmelweis University di Hungaria. (ant/saf/ipg)