Rabu, 2 April 2025

Makna Memaafkan dalam Idulfitri: Tindak Kebaikan yang Mengantarkan ke Surga

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Saling memaafkan. Foto: Shutterstock

Momentum Idulfitri di Indonesia, selain untuk ajang silaturahmi, biasanya juga dimanfaatkan sebagai momentum saling memaafkan. Hal ini adalah sebuah tradisi baik yang telah berlaku turun menurun.

Salah satu ayat dalam Al-Quran tentang maaf-memaafkan adalah Surah Ali Imran ayat 134. Ayat ini memberikan penjelasan terkait dengan sikap yang perlu dilakukan manusia dalam menghadapi seseorang yang melakukan kesalahan; yaitu menahan amarah, memaafkan, dan berbuat baik terhadapnya.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 134 yang berbunyi:

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ۝١٣٤

alladzîna yunfiqûna fis-sarrâ’i wadl-dlarrâ’i wal-kâdhimînal-ghaidha wal-‘âfîna ‘anin-nâs, wallâhu yuḫibbul-muḫsinîn.

Artinya, “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Surah Ali Imran: 134).

Dilansir dari NU Online, Selasa (1/4/2025), Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam kitab tafsirnya, Tafsirul Munir saat menafsirkan ayat ini berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan empat sifat yang dimiliki oleh para penghuni surga. Keempat sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, sehat atau sakit
Hal tersebut, menurut Syekh Wahbah sesuai dengan firman Allah SWT yang lainnya dalam Surah al-Baqarah ayat 274, yang berbunyi:
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً ۝٢٧٤

Al-ladhīna yunfiqūna amwālahum bil-layli wal-nahāri sirran wa ‘alāniyatan

Artinya, “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan,” (Surah al-Baqarah: 274).

2. Orang-orang yang dapat menahan amarahnya
Sifat kedua yang dimiliki oleh para penghuni surga adalah dapat menahan amarah, meski sebenarnya ia mampu untuk meluapkan amarah tersebut.

3. Orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain
Sifat ketiga yang dimiliki oleh para penghuni surga adalah memaafkan dan menoleransi kesalahan orang lain terhadapnya, meskipun sebenarnya ia dapat membalas kesalahan ataupun keburukan orang lain tersebut.

Menurut Syekh Wahbah, sifat ketiga ini (memaafkan sesama) adalah keadaan pengendalian diri yang menunjukkan keluasan dan kejernihan pikiran serta keteguhan kemauan seseorang.

Sifat memaafkan ini, menurut Syekh Wahbah, lebih tinggi dari pada sifat yang kedua (menahan amarah), sebab seseorang dapat menahan amarahnya karena kebencian dan dendam.

4. Orang-orang yang berbuat kebaikan
Sifat keempat yang dimiliki oleh para penghuni surga adalah membalas keburukan orang lain dengan kebaikan. Menurut Syekh Wahbah, hal ini dapat terlaksana adakalanya dengan memberikan sebuah kemanfaatan kepada seseorang yang telah berbuat buruk kepadanya, atau dengan menolak bahaya dari orang yang berbuat buruk padanya di dunia, ataupun dengan memaafkan hak-hak orang lain di akhirat.

Menurut Syekh Wahbah, sifat yang keempat ini (membalas keburukan orang lain dengan kebaikan) adalah derajat paling tinggi jika dibandingkan dengan tiga sifat sebelumnya (yakni berinfak, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan) (Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz IV, hal. 86-88).

Senada dengan keterangan di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa Surat Ali Imran ayat 134 tersebut menerangkan tentang sifat-sifat orang-orang beriman yang dapat mengantarkannya masuk surga dengan melakukan sifat-sifat tersebut. Berikut adalah paparan keterangan dari beliau,

اعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا بَيَّنَ أَنَّ الْجَنَّةَ مُعَدَّةٌ لِلْمُتَّقِينَ ذَكَرَ صِفَاتِ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَتَمَكَّنَ الْإِنْسَانُ مِنَ اكْتِسَابِ الْجَنَّةِ بِوَاسِطَةِ اكْتِسَابِ تِلْكَ الصِّفَاتِ

Artinya, “Ketahuilah, setelah Allah SWT menjelaskan bahwasannya surga akan diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa, kemudian Dia menyebitkan sifat-sifat orang yang bertakwa, hingga seseorang dapat meraih surga dengan perantara melakukan sifat-sifat yang telah disebutkan,” (Imam Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Dar Ihya’ut Turats al-‘Arabi: 1420 H], juz IX, hal. 366).

Dari beberapa kutipan tafsir di atas, dapat disimpulkan bahwasannya dalam surat Ali Imran ayat 134 ini membahas tentang sifat-sifat yang dapat mengantarkan orang yang bertakwa dapat masuk ke dalam surga, yakni berinfak dalam keadaan apa pun, menahan amarah (meski dapat meluapkannya), memaafkan kesalahan orang lain (meski dapat membalasnya), dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepada kita.

Dari keempat sifat tersebut, sifat yang paling tinggi adalah sifat yang keempat, yakni tetap berbuat baik kepada orang yang telah berbuat buruk kepada kita.

Pada momentum Hari Raya Idulfitri ini, sudah seharusnya paling tidak kita dapat mengambil salah satu dari tiga sikap dari seseorang yang melakukan kekeliruan terhadapnya, yaitu menahan amarah, memaafkan, atau bahkan berbuat baik terhadapnya. (nis/bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Rabu, 2 April 2025
26o
Kurs