Minggu, 13 April 2025

Kerja Shift Malam Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung, Tapi Pola Makan Ini Bisa Jadi Solusinya

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi pekerja shift malam. Foto: Health/Gettyimages

Bekerja di shift malam hari seringkali disebut memang bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan sederhana pada waktu makan dapat memberikan efek perlindungan, tanpa harus mengubah jadwal kerja Anda.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, para peneliti mengungkap bahwa pekerja shift malam memiliki risiko lebih rendah terhadap masalah jantung jika mereka hanya makan di siang hari.

“Penelitian kami mengendalikan semua faktor yang mungkin memengaruhi hasil, jadi kami bisa mengatakan bahwa efeknya memang berasal dari waktu makan,” ujar Dr. Sarah Chellappa peneliti utama dalam siaran persnya yang dikutip Medical Daily, Sabtu (12/4/2025).

Sebelumnya, tim peneliti yang sama menemukan bahwa ketidaksesuaian ritme sirkadian, ketika aktivitas sehari-hari seperti makan dan tidur tidak selaras dengan jam biologis tubuh dapat secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

“Kami ingin tahu apa yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko ini, dan penelitian baru kami menunjukkan bahwa waktu makan bisa menjadi kuncinya,” tambah Frank Scheer peneliti senior lainnya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa menyelaraskan waktu makan dengan jam biologis tubuh dapat mengurangi risiko penyakit jantung pada mereka yang terjaga di malam hari.

Namun, untuk mengetahui pengaruhnya pada manusia, para peneliti menguji 20 orang dewasa sehat dalam sebuah studi selama dua minggu di Brigham and Women’s Center for Clinical Investigation.

Seluruh peserta berada di lingkungan yang dikontrol ketat tanpa akses ke cahaya alami, jam, atau perangkat elektronik, agar benar-benar terputus dari petunjuk waktu eksternal. Setelah terjaga selama 32 jam untuk mengacaukan jam biologis mereka, peserta menjalani simulasi rutinitas kerja malam.

Beberapa peserta secara acak ditugaskan untuk hanya makan di siang hari, sementara yang lain tetap makan di malam hari seperti kebiasaan banyak pekerja shift malam. Semua peserta memiliki jadwal tidur yang sama untuk memastikan perbedaan hanya berasal dari waktu makan.

Hasilnya, peserta yang makan di malam hari menunjukkan peningkatan faktor risiko penyakit jantung setelah menjalani shift malam. Sebaliknya, mereka yang hanya makan di siang hari tidak mengalami peningkatan risiko, meski konsumsi makanannya sama persis.

“Temuan ini menunjukkan bahwa makan di siang hari, meskipun dengan jadwal tidur yang tidak sesuai, dapat membantu mencegah perubahan buruk pada faktor risiko kardiovaskular. Ini bisa menjadi dasar strategi perilaku yang membantu mengurangi dampak negatif dari ketidaksesuaian ritme sirkadian, seperti pada pekerja shift malam,” tulis para peneliti.

Meskipun masih dibutuhkan studi skala besar untuk memastikan dampak jangka panjang dari pola makan ini, para peneliti menyebut hasil sementara ini sangat menjanjikan. (bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Minggu, 13 April 2025
27o
Kurs