
Kantor Wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta mengingatkan Muslim bahwa menunaikan puasa qada (pengganti) Ramadan harus didahulukan dari puasa Syawal mengingat ketentuan hukumnya dalam Islam.
Puasa Syawal itu sunah, sementara mengganti puasa di bulan Ramadan yang terutama bagi perempuan yang berhalangan itu hukumnya adalah wajib.
“Sangat penting kita harus mendahulukan hal yang wajib,” ujar Adib Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DKI Jakarta saat dihubungi di Jakarta, Selasa (1/4/2025), dilansir Antara.
Karena itu, Muslim sebaiknya mengganti dulu puasa saat Ramadan dan setelahnya berpuasa di bulan Syawal. Ini berlaku bagi para perempuan yang berhalangan puasa saat Ramadan karena haid atau mereka yang terpaksa tak bisa berpuasa dengan alasan medis tertentu.
Adib merujuk para ulama mengatakan, Muslim yang mengganti puasa Ramadan di bulan Syawal mendapatkan dua pahala sekaligus. Yakni dari puasa wajib yang diganti dan karena bertepatan dengan bulan Syawal, maka mendapat pahala puasa sunah.
“Dua sekaligus pahala mengganti puasa di bulan Ramadan sebagai puasa wajib dan karena bertepatan juga dengan Syawal, maka kita juga dapat pahala sunah untuk puasa Syawal. Tapi niatnya tetap untuk mengganti puasa Ramadan yang kita berhalangan itu,” ujar Adib.
Lalu, setelah semua puasa Ramadan diganti dan masih di bulan Syawal, maka Muslim bisa berpuasa sunah Syawal selama enam hari.
Puasa Syawal merupakan salah satu amalan sunah yang dianjurkan bagi umat Islam setelah selesai menjalani ibadah puasa Ramadan. Puasa ini bisa diamalkan sejak tanggal 2 Syawal atau setelah Idulfitri.
Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadisnya bahwa orang yang berpuasa Ramadan kemudian disambung dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka akan memperoleh pahala senilai puasa sepanjang tahun.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun”. (HR Muslim).(dra/iss)