
Momen Idulfitri adalah waktu yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi melalui anjangsana atau saling berkunjung ke rumah sanak saudara dan kerabat. Namun, di tengah suasana kebersamaan dan kebahagiaan, seringkali terdapat perilaku atau sikap yang justru menodai tujuan dari pertemuan tersebut.
Melansir laman Kementerian Agama, Minggu (30/3/2025), M. Ishom el Saha, Guru Besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, mengingatkan pentingnya menjaga adab dan perilaku agar terhindar dari lima kesalahan umum yang sering terjadi saat anjangsana lebaran.
1. Pamer (Riya dan Sum’ah)
Seringkali, baik tamu maupun tuan rumah tergoda untuk memamerkan keberhasilan materi atau penampilan selama lebaran. Baik dengan cara memperlihatkan pakaian, perhiasan, hingga kendaraan, atau menyebut-nyebut kesuksesan yang telah diraih. Tindakan ini, menurut M. Ishom el Saha, sangat tidak etis.
“Seolah ingin memberi tahukan kepada khalayak bahwa ‘inilah aku’ yang mengalami peningkatan taraf hidup di saat lebaran. Namun demikian, bagaimanapun juga pamer adalah perbuatan tak terpuji karena akan menimbulkan kecemburuan orang lain dan menarik dosa-dosa lainnya,” kata Ishom.
2. Iri Hati (Hasud)
Perasaan iri terhadap pencapaian atau nasib baik orang lain seringkali muncul, terutama saat melihat orang lain tampak lebih sukses atau beruntung. Dalam suasana lebaran, hasud dapat muncul dalam bentuk sikap acuh, memalingkan muka, atau mengeluarkan sindiran halus. Ishom menegaskan bahwa iri hati akan menggerogoti hati dan menghilangkan ketulusan dalam bersilaturahim.
“Pada saat anjangsana lebaran, iri hati biasanya muncul disebabkan ketidaksenangan dan kecemburuan dengan orang lain yang bernasib baik atau dianggap menyainginya,” katanya.
3. Buruk Sangka (Suuz-zan)
Momen anjangsana terkadang disertai dengan prasangka buruk, baik dari tamu maupun tuan rumah. Tamu mungkin merasa curiga terhadap tuan rumah karena adanya perubahan kondisi yang signifikan, sementara tuan rumah mungkin merasa gelagat tamu aneh atau berlebihan.
“Orang yang sedang bertamu timbul praduga yang tidak-tidak dikarenakan ada perbedaan yang drastis dari pemilik rumah atau isi rumah. Sementara tuan rumah timbul buruk sangka dikarenakan tamunya menunjukkan gelagat yang aneh atau sikap berlebihan,” bebernya.
4. Menggunjing (Ghibah)
Menggunjing (ghibah) atau membicarakan orang lain dari segi kekurangan dan kejelekannya. Di saat lebaran, adakalanya tamu dan tuan rumah menggunjingkan orang lain. Adakalanya juga sesama tamu menggunjingkan pemilik rumah yang sedang dikunjungi.
“Misalnya, tamu yang sudah dipersilahkan duduk di ruang tamu, tiba-tiba ditinggalkan tuan rumahnya untuk waktu sebentar karena ingin menyiapkan minuman atau makanan. Kemudian sesama tamu itu menggunjingkan pemilik rumah karena sesuatu hal yang dilihatnya di dalam rumah,” ujarnya.
5. Tahassus dan Tajassus
Tahassus adalah kebiasaan menguping pembicaraan orang lain, sementara tajassus adalah mencari-cari kekurangan atau kesalahan pihak lain. Pada saat anjangsana, hal ini sering terjadi ketika seseorang sengaja memperhatikan atau mencari tahu hal-hal yang tidak perlu mengenai orang lain. Ishom menegaskan bahwa perilaku ini melanggar etika silaturahmi.
“Pada saat berkumpul di hari lebaran, tiap-tiap orang biasanya memiliki bahan pembicaraan dan cerita sendiri-sendiri. Namun demikian, sebetulnya ada yang perlu disampaikan dan tidak perlu diutarakan. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan dosa tahassus dan tajassus bagi orang lain yang beda pandangan atau punya kepentingan sendiri,” ucapnya.
Menurut M. Ishom, melakukan lima dosa di atas selama bersilaturahmi sangatlah tidak etis. Kesalahan-kesalahan tersebut, jika tidak dijaga, akan merusak makna silaturahmi yang seharusnya menjadi ajang mempererat hubungan, bukan malah sebaliknya.
“Padahal pada moment itulah Allah SWT sedang menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Jadi, betul-betul kita harus pandai menjaga hati di lebaran Idulfitri,” ucapnya. (bil/iss)