Rabu, 16 April 2025

Genangan Air hingga Cuaca Panas Jadi Pemicu Risiko Malaria saat Musim Panas

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti yang terlihat terlihat di laboratorium. Foto: Reuters Ilustrasi - Nyamuk Aedes Aegypti yang terlihat terlihat di laboratorium. Foto: Reuters

Musim panas yang disertai hujan sesekali ternyata bukan hanya menimbulkan rasa gerah, tetapi juga menjadi pemicu berkembangnya berbagai penyakit, termasuk malaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Dr. Tushar Tayal dokter spesialis penyakit dalam di CK Birla Hospital, Gurugram, menjelaskan bahwa kondisi iklim dan lingkungan selama musim panas sangat mendukung penyebaran nyamuk Anopheles, vektor utama penyebab malaria.

“Musim ini membawa kondisi iklim dan lingkungan yang mendukung penyebaran nyamuk Anopheles, vektor utama penyakit ini. Banyak faktor yang menyebabkan risiko malaria meningkat di musim ini,” ujar Tayal, dilansir Hindustan Times.

Faktor Risiko Malaria Selama Musim Panas:

1. Genangan Air

Hujan musim panas dan sistem drainase yang buruk, baik di perkotaan maupun pedesaan, menyebabkan banyaknya genangan air di selokan terbuka, wadah bekas, dan lubang-lubang kecil.

Tempat-tempat ini menjadi lokasi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak.

2. Sanitasi dan Kebersihan yang Buruk

Di wilayah dengan manajemen limbah yang kurang baik dan keberadaan saluran pembuangan terbuka, nyamuk lebih mudah berkembang.

Hal ini memperbesar kemungkinan penyebaran malaria, terutama di lingkungan berpendapatan rendah.

3. Cuaca Panas Ekstrem

Suhu tinggi pada musim panas mempercepat siklus hidup nyamuk dan perkembangan parasit malaria di dalam tubuh nyamuk.

Ini berarti nyamuk menjadi menular lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak, meningkatkan jumlah kasus.

4. Aktivitas Luar Ruangan

Cuaca panas membuat orang lebih sering berpakaian terbuka dan melakukan aktivitas di luar rumah, seperti di pagi dan sore hari, dua waktu di mana nyamuk paling aktif menggigit.

5. Kurangnya Tindakan Pencegahan

Banyak orang belum menggunakan tindakan pencegahan seperti kelambu, obat anti-nyamuk, atau penyemprotan insektisida dalam ruangan.

Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah dengan keterbatasan akses terhadap edukasi kesehatan dan perlengkapan pencegahan.

6. Keterlambatan Diagnosis dan Pengobatan

Akses kesehatan yang terbatas membuat proses diagnosis dan pengobatan menjadi terlambat, sehingga mempercepat penyebaran penyakit di komunitas.

Dr. Tushar Tayal menekankan pentingnya strategi menyeluruh dalam menghadapi malaria selama musim panas, yaitu dengan meningkatkan pencegahan, kesadaran publik, serta kemudahan akses layanan kesehatan.

“Untuk memerangi malaria secara efektif selama musim panas, penting untuk menerapkan strategi komprehensif yang berfokus pada pencegahan, kesadaran publik, dan peningkatan akses ke layanan kesehatan,” ujarnya.(ant/dra/lta/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

BMW Tabrak Tiga Motor, Dua Tewas

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Surabaya
Rabu, 16 April 2025
26o
Kurs