
dr. Poerwadi Dekan Fakultas Kedokteran Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, sekaligus anggota Persatuan Dokter Spesialis Bedah Anak Indonesia (PERBANI) yang saat ini praktek di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Al-Irsyad, sukses melakukan operasi terhadap ratusan bayi kembar siam.
Ia mengatakan bahwa, bayi kembar siam bisa diselamatkan jika ada kerja sama yang baik antara orang tua dan tim medis. Serta, atas izin Tuhan yang Maha Kuasa.
“Dari pengalaman saya, banyak bayi kembar siam yang berhasil bertahan, bahkan ada yang telah menikah dan memiliki anak. Namun, bagi yang tidak selamat, kami selalu berusaha sebaik mungkin hingga titik darah penghabisan,” katanya dalam keterangan, Jumat (21/3/2025).
Poerwadi mengungkapkan, bahwa bayi kembar siam dapat dideteksi sejak dalam kandungan. Biasanya bisa dilihat pada trimester kedua kehamilan, sekitar usia 18 hingga 24 minggu.
“Pemeriksaannya dilakukan dengan Ultrasonografi (USG), yang memungkinkan dokter melihat apakah ada kelainan dalam pembagian tubuh atau organ bayi yang menunjukkan bahwa mereka saling terhubung,” paparnya.
Terjadinya bayi kembar siam, jelas dia, karena dua embrio yang seharusnya terpisah, tidak dapat berkembang menjadi individu yang benar-benar terpisah.
Dalam hal ini, penyebabnya bisa karena faktor genetik atau kelainan dalam proses pembelahan sel pada tahap awal perkembangan.
“Meski demikian, ibu hamil tetap disarankan untuk menjaga asupan nutrisi dengan baik, seperti mengonsumsi vitamin B6 dan protein, yang penting untuk kesehatan ibu dan janin,” jelasnya.
Seperti diketahui, hingga saat ini, dokter sekaligus dosen yang menempuh pendidikan di Belanda, Jepang dan China itu, telah menangani sekitar 144 kasus bayi kembar siam, baik yang baru lahir maupun yang berada dalam kondisi kritis.
Selain aktif dalam dunia medis dan kampus, ia juga sering mengedukasi masyarakat mengenai kondisi itu, agar orang tua lebih siap menghadapi kemungkinan tersebut.(ris/iss)