
Para peneliti kini memperingatkan bahwa beras merah mengandung hingga 40 persen lebih banyak arsenik karsinogenik daripada beras putih.
Mengutip berita Medical Daily yang disiarkan pada Senin (14/4/2025), para peneliti dari Universitas Michigan State melalui sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Risk Analysis, melakukan analisis komparatif beras merah dan beras putih, dengan mempertimbangkan biaya, popularitas, manfaat kesehatan, dan potensi risiko.
Temuan mereka mengungkapkan bahaya tersembunyi yang mengejutkan: beras merah mengandung 24 persen lebih banyak arsenik total dan sekitar 40 persen lebih banyak arsenik anorganik (karsinogen yang diketahui), sehingga menimbulkan kekhawatiran baru tentang reputasinya sebagai pilihan yang lebih sehat.
Dalam analisis komparatif mereka, para peneliti menyoroti bahwa beras merah menawarkan manfaat nutrisi yang penting, termasuk kadar vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang lebih tinggi.
Dilansir Antara, beras merah telah dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih rendah, kadar kolesterol yang lebih rendah, tekanan darah yang lebih baik, dan dukungan untuk kesehatan jantung, gangguan metabolisme, osteoporosis, dan diabetes.
Namun, manfaat kesehatan ini disertai dengan pengorbanan yang signifikan. Beras merah cenderung lebih mahal, dan kurang menarik dalam rasa dan tekstur bagi sebagian konsumen, dan yang terpenting, beras merah memiliki risiko paparan arsenik yang lebih tinggi, yang terkait dengan kerusakan genetik dan peningkatan risiko kanker.
Sementara itu, beras putih menghadirkan pilihan yang lebih terjangkau dan diterima secara luas, menarik bagi lebih banyak konsumen di berbagai budaya. Pengolahannya menghilangkan sebagian besar lapisan luar yang mengandung arsenik, sehingga menghasilkan kadar arsenik total dan anorganik yang jauh lebih rendah.
Namun, hal ini juga menghilangkan nutrisi utama, yang menyebabkan berkurangnya kadar vitamin, mineral, serat, dan senyawa bermanfaat lainnya dibandingkan dengan beras merah.
Para peneliti juga mencatat bahwa karena anak-anak kecil mengonsumsi lebih banyak makanan dibandingkan dengan berat badan mereka daripada orang dewasa, konsumsi beras merah pada anak-anak kecil dapat meningkatkan paparan arsenik bawaan makanan mereka.
Mengingat kekhawatiran ini, mereka menyarankan agar orang tua mempertimbangkan untuk menyeimbangkan beras merah dan putih dalam pola makan anak-anak untuk meminimalkan potensi risiko kesehatan sekaligus tetap memberikan manfaat gizi.
“Namun, tidak ada risiko kesehatan masyarakat akut yang ditunjukkan untuk populasi umum Amerika dari paparan arsenik terkait beras. Analisis risiko-manfaat diperlukan untuk menilai risiko relatif paparan arsenik pada beras merah dibandingkan dengan manfaat gizinya, dibandingkan dengan beras putih,” kata para peneliti menyimpulkan. (ant/bel/faz)