Kurnia Dwi Artanti Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) menekankan pentingnya melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) di Indonesia.
Apalagi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melaporkan bahwa ada lonjakan kasus Mpok Indonesia. Yakni, hingga pertengahan Agustus, tercatat ada sekitar 88 kasus konfirmasi Mpox di berbagai wilayah. Seiring dengan peningkatan kasus itu, WHO juga telah menyatakan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
“PHEIC merupakan status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena melihat persebaran penyakit yang semakin meluas,” katanya, Senin (26/8/2024).
Pencegahan terhadap penyakit tersebut, bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, termasuk membiasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di tempat umum.
Selain itu, juga penting untuk mamakai masker, karena bisa menjadi benteng pertahanan yang efektif dalam penyebaran virus.
Sedangkan jika seseorang telah terinfeksi, maka ia menekankan pentingnya untuk melakukan isolasi mandiri, agar virus tidak semakin menyebar.
“WHO dan CDC juga merekomendasikan pemberian vaksin, diprioritaskan terutama pada petugas laboratorium, tenaga kesehatan di RS rujukan dan populasi berisiko,” ucapnya.
Langkah-langkah tersebut penting untuk dilakukan, mengingat risiko virus Mpox bisa menyebar antar manusia melalui kontak langsung cairan tubuh.
Untuk gejala tang timbul sendiri, mirip dengan cacar biasa, yakni meliputi demam tinggi, ruam kulit yang khas dan pembengkakan kelenjar getah bening.
“Ruam yang muncul umumnya melalui wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh. Meskipun begitu, perlu pemeriksaan spesifik untuk memastikan infeksi Mpox karena virus ini bersifat self-limited, yang artinya dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh baik,” tuturnya.
Dengan risiko global, ia kembali menegaskan, perlunya kesadaran diri dan antisipasi yang tepat, untuk mengurangi risiko penyebaran.
“Respons dan dukungan dari negara-negara anggota WHO juga menjadi faktor penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini,” pungkasnya. (ris/saf/ipg)