Sebuah studi menyebut tindakan analgesik epidural dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada ibu pascamelahirkan.
Melansir Antara pada Jumat (24/5/2024), dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ, disebutkan bahwa penggunaan epidural dapat mengurangi komplikasi secara signifikan pada ibu dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Komplikasi itu misalnya serangan jantung, gagal jantung, sepsis hingga histerektomi. Manfaat dari tindakan epidural analgesik selama persalinan dapat makin terlihat pada ibu yang menjalankan persalinan bayi prematur.
Tindakan epidural dapat dikaitkan dengan penurunan risiko relatif severe maternal morbidity (SMM) sebesar 35 persen pada semua wanita dalam penelitian ini.
Pengurangan yang lebih besar juga terlihat di antara wanita dengan indikasi medis untuk epidural dibandingkan dengan mereka yang tidak, dan pada wanita yang melahirkan prematur dibandingkan dengan persalinan cukup bulan.
Tim peneliti mengandalkan data dari 567.216 ibu yang menjadi bagian dari data Layanan Kesehatan Nasional Skotlandia. Pesertanya adalah wanita yang melahirkan secara normal atau melalui operasi caesar tidak terencana di Skotlandia antara tahun 2007 dan 2019.
Para peneliti mengatakan terjadinya SMM dipastikan jika peserta mengalami salah satu dari 21 kondisi yang didefinisikan sebagai SMM oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, atau memerlukan perawatan kritis kapan saja sejak tanggal melahirkan hingga 42 hari pascapersalinan.
Data menunjukkan bahwa 22 persen wanita menggunakan epidural selama persalinan dan 4,3 kasus SMM terjadi per 1.000 kelahiran.
Para peneliti percaya bahwa manfaat epidural berasal dari pemantauan yang lebih dekat terhadap ibu dan bayi selama persalinan, berkurangnya respons stres fisiologis terhadap persalinan, dan kemampuan untuk segera melakukan intervensi obstetri jika diperlukan.
Rilis itu juga menjelaskan bahwa relatif rendahnya penggunaan epidural, terutama pada pasien dengan indikasi klinis, mungkin mencerminkan perempuan tidak sepenuhnya memahami potensi manfaatnya, karena pilihan perempuanlah yang menentukan apakah dia akan menjalani epidural atau tidak.
Lebih lanjut, peneliti juga mengungkapkan pemuan ini memperkuat praktik yang ada saat ini, yang merekomendasikan analgesik epidural selama persalinan kepada wanita, yang diketahui memiliki faktor risiko, menggarisbawahi pentingnya memastikan akses yang adil terhadap pengobatan tersebut, dan menyoroti pentingnya mendukung wanita dari berbagai latar belakang agar dapat membuat keputusan yang tepat terkait dengan analgesik epidural selama persalinan. (ant/ike/ham/ipg)