Air susu ibu (ASI) memiliki manfaat yang sangat berharga bagi bayi. Nutrisi pada ASI dapat mencegah penyakit, mendukung perkembangan otak serta fisik, meningkatkan sistem imun, dan mengurangi risiko alergi dan penyakit kronis pada bayi.
Bagi ibu, ASI eksklusif membantu mengatasi rasa trauma pasca-persalinan, meningkatkan kesehatan mental, mencegah risiko kanker payudara dan ovarium, serta membantu proses pemulihan pasca-persalinan.
Ibu yang baru melahirkan tentu ingin langsung memberikan ASI untuk bayinya. Namun, biasanya para ibu mengeluhkan ASI-nya belum keluar satu sampai tiga hari setelah melahirkan.
Menurut Prof Dr dr Budi Santoso SpOG(K), Dokter Spesialis Kandungan RSIA Kendangsari Surabaya kondisi ini tidak perlu membuat ibu khawatir. Karena, semakin ibu khawatir atau stres, ASI akan sulit keluar.
“Bayi sudah memiliki mekanisme sendiri di dalam tubuhnya agar tidak kelaparan atau dehidrasi dalam tiga hari itu,” terang Prof BUS sapaan akrab Prof Budi Santoso saat ditemui suarasurabaya.net, Selasa (20/8/2024).
Satu-satunya cara agar ASI bisa keluar, kata Prof BUS, adalah dengan tetap menyusukannya ke bayi. Karena, selain menjadi proses belajar menyusu bagi bayi, juga untuk stimulus agar ASI keluar.
Pria yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini menerangkan, mekanisme keluarnya ASI tidak semudah yang dipikirkan.
“Banyak masyarakat berpikir bahwa setelah melahirkan, otomatis ASI sudah ada dan siap diberi pada bayi. Padahal bisa jadi ASI itu belum diproduksi oleh tubuh sehingga butuh stimulus yakni, dengan tetap menyusukannya pada bayi,” jelasnya.
Hisapan bayi pada puting ibu, lanjut Prof BUS, akan merangsang hormon prolaktin untuk memproduksi dan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI.
“Hormon oksitosin ini selain membantu mengeluarkan ASI, juga mempercepat kembalinya bentuk rahim seperti sebelum melahirkan. Setidaknya mengecil sebanyak 5-6 cm selama satu bulan pasca melahirkan. Itulah mengapa ibu selalu mules ketika menyusui,” ungkapnya.
Prof BUS juga mengatakan, sedikit sekali kasus ibu tidak bisa mengeluarkan ASI atau menyusui bayinya. Biasanya, ada kondisi-kondisi kesehatan tertentu, sehingga tidak disarankan untuk memberi ASI.
Kondisi ini, kata Prof BUS, bisa jadi karena ada kelainan pada kelenjar payudara, ibu baru saja melakukan operasi pengambilan kelenjar susu, atau adanya penyakit tertentu di mana ibu tidak boleh menyusui seperti SLE (Systemic Lupus Erythematosus) ataupun penyakit menular yang berisiko.
“Selain kondisi pada ibu, bayi yang lahir prematur juga tidak disarankan menyusu langsung pada ibu. Tapi sudah banyak opsi lain agar sangat bayi tetap bisa minum ASI seperti, dengan sonde atau donor ASI. Jika masih tidak bisa, opsi terakhir baru dianjurkan ke susu formula sesuai resep dokter,” tutupnya.(kir/iss/ipg)