Sabtu, 16 November 2024

Studi Ungkap Ibu Hamil dengan Stres Tinggi Berisiko Melahirkan Anak dengan Epilepsi

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi seorang wanita hamil terlihat berdiri di meja kerja kantor. Foto: Getty Images

Para peneliti mendapati anak-anak yang lahir dari perempuan yang mengalami tekanan psikologis selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami epilepsi pada masa kanak-kanak.

Hasil studi yang dipublikasikan jurnal PLOS ONE menunjukkan, risiko epilepsi meningkat hingga 70 persen di antara anak-anak berusia satu hingga tahun tahun ketika ibu mereka mengalami tekanan psikologis terus-menerus selama kehamilan.

Dilansir dari Antara pada Sabtu (16/11/2024), studi tersebut didasarkan pada analisis hasil studi kohor kelahiran yang melibatkan hampir 100.000 peserta.

Dalam studi itu, para peneliti menganalisis hubungan antara skor stres pada ibu hamil dan risiko epilepsi pada anak-anak mereka.

Dengan menggunakan Skala Distres Psikologis Kessler (K6), para peneliti mengevaluasi stres peserta studi dua kali selama kehamilan, yakni sekali pada paruh pertama atau sekitar 15 minggu usia kehamilan dan sekali lagi pada paruh kedua atau sekitar 30 minggu usia kehamilan.

Berdasarkan skor K6 mereka, peserta dikategorikan dalam enam kelompok, yang mencerminkan distres rendah atau sedang pada setiap titik waktu.

Hasil analisis menunjukkan bahwa skor K6 ibu sebesar 5 atau lebih tinggi pada kedua titik waktu berkaitan dengan risiko diagnosis epilepsi 70 persen lebih tinggi di antara anak-anak berusia satu hingga tiga tahun.

“Oleh karena itu, penyesuaian lingkungan untuk meningkatkan relaksasi pada ibu hamil diperlukan untuk mencegah perkembangan epilepsi pada keturunan mereka,” kata para peneliti dalam publikasi hasil studi.

Para peneliti menyarankan terapi relaksasi seperti yoga, musik, terapi Benson, relaksasi otot progresif, relaksasi napas dalam, dan hipnosis untuk mengurangi risiko stres dan kecemasan pada ibu hamil.

Mereka berharap teknik-teknik untuk menurunkan stres ini juga dapat membantu mencegah timbulnya epilepsi pada keturunan.

Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian Kesehatan, epilepsi atau yang dikenal dengan sebutan ayan adalah penyakit kronis yang terjadi karena adanya gangguan sistem saraf pusat.

Epilepsi, yang utamanya ditandai dengan gejala kejang kambuhan, merupakan penyakit yang umum terjadi dan bisa menyerang orang dengan segala usia, dari bayi sampai orang dewasa.

Epilepsi ada yang disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor lain seperti gangguan perkembangan, cedera otak, dan gangguan autoimun. (ant/saf/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 16 November 2024
27o
Kurs