Sebuah studi terbaru yang berjudul Sadness and fear, but not happiness, motivate inhibitory behaviour: the influence of discrete emotions on the executive function of inhibition, yang ditulis oleh Justin Storbeck, Jennifer L. Stewart, dan Jordan Wylie, mengungkapkan bahwa emosi negatif, seperti kesedihan dan ketakutan, memiliki dampak signifikan terhadap kontrol diri dan dapat meningkatkan akurasi dalam melaksanakan tugas.
Studi ini memperluas pemahaman tentang bagaimana emosi memengaruhi fungsi eksekutif, khususnya dalam hal inhibisi atau pengendalian diri.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa emosi positif dapat meningkatkan fleksibilitas kognitif, perhatian, pemecahan masalah, serta kemampuan untuk mengatasi gangguan.
Namun, studi ini fokus pada bagaimana emosi negatif berperan dalam memperkuat kontrol diri.
Dilansir dari Antara pada Selasa (12/11/2024), studi ini mengamati bagaimana emosi tertentu dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan.
Dalam eksperimen pertama, 141 peserta disajikan gambar yang memicu emosi tertentu—kesedihan, ketakutan, kebahagiaan, atau kondisi netral.
Setelah itu, mereka diberi tugas untuk diselesaikan. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta yang terpapar gambar yang menimbulkan rasa takut atau kesedihan menunjukkan akurasi lebih tinggi dalam menyelesaikan tugas karena gangguan yang lebih sedikit.
Dalam eksperimen kedua, 154 peserta dibagi berdasarkan emosi yang mereka alami—kesedihan, ketakutan, kebahagiaan, kondisi netral, dan marah. Mereka diminta untuk menyelesaikan tugas yang memerlukan respons cepat.
Hasilnya menunjukkan bahwa emosi negatif seperti kesedihan dan ketakutan membantu mengurangi gangguan, sehingga meningkatkan akurasi tugas. Sebaliknya, emosi marah justru berdampak negatif, mengganggu inhibisi, dan menurunkan kinerja peserta.
Temuan ini menunjukkan bahwa emosi yang berorientasi pada penarikan diri, seperti kesedihan dan ketakutan, dapat membantu meningkatkan kontrol diri, sementara emosi berorientasi pada pendekatan, seperti kemarahan, justru dapat mengganggu proses tersebut.
Oleh karena itu, emosi negatif tertentu dapat mendukung kinerja kognitif, terutama dalam situasi yang memerlukan perhatian dan pengendalian diri.
Meski begitu, studi ini juga memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah tidak melibatkan lebih banyak jenis emosi negatif, seperti rasa jijik, yang mungkin memiliki dampak berbeda terhadap inhibisi dan kinerja.
Meskipun demikian, penelitian ini membantah anggapan umum bahwa emosi negatif selalu merugikan kinerja kognitif. Sebaliknya, emosi negatif tertentu, terutama yang terkait dengan penarikan diri, terbukti bermanfaat dalam mengurangi gangguan dan meningkatkan fokus serta akurasi. (ant/nis/saf/ham)