Rabu, 25 September 2024

Perjuangan Hidup: Menghargai Diri dan Support System Terakhir

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Ilustrasi Ibu hamil. Foto : Thinkstock

Ada banyak alasan mengapa kita harus bertahan dari terpaan berbagai macam badai kehidupan. Kita semua dilahirkan sebagai hasil fertilisasi antara sel telur yang berasal dari ibu dan sel sperma dari ayah. Untuk dapat dilahirkan ke dunia ini butuh proses yang tidak mudah.

Dikutip dari Antara, persaingan pertama terjadi ketika sel sperma yang dihasilkan oleh seorang ayah akan menemui sel telur yang berada jauh di dalam oviduk atau saluran tuba seorang ibu. Dalam usaha menemui sel telur tersebut, ada persaingan ketat antara sel sperma.

Dalam peristiwa itu, ratusan juta, bahkan miliaran sel sperma bersaing sengit satu sama lain untuk menjadi yang terbaik dan layak membuahi sel telur. Dalam perjalanan panjang itu, sebagian sel bisa mati di tengah jalan karena perbedaan kondisi lingkungan atau kondisi abnormalitas lainnya, yang menyebabkan mereka gagal melakukan fertilisasi, dan akhirnya terdegradasi.

Itu pun belum cukup. Dari sekian banyak sel sperma yang berhasil mencapai saluran tuba, cuma satu sel saja yang lolos seleksi dan terpilih untuk melakukan fusi inti sel dengan sel telur.

Setelah proses pembuahan selesai, berkembanglah menjadi zigot dan embrio. Ada banyak embrio yang mengalami kegagalan dalam tahap perkembangannya. Sebagian embrio, bahkan belum sempat berkembang menjadi janin, mengalami keguguran dan kematian, akhirnya perjalanan hidup mereka terhenti.

Bagi sel yang unggul, setelah terbentuk zigot tersebut, satu sel hasil pembuahan tersebut melakukan serangkaian pembelahan embrionik, memasuki fase morulasi, blastulasi, gastrulasi, embriogenesis, hingga terbentuk janin.

Perjalanan panjang fase awal pun dimulai selama sekitar 9 bulan 10 hari. Selama periode tersebut, kita terus mengalami perubahan demi perubahan dan pertumbuhan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga trimester. Hingga pada akhirnya kita siap untuk dilahirkan.

Oleh karena itu, kita yang telah berhasil dilahirkan patut untuk bersyukur, karena sejatinya kita adalah para pejuang tangguh, sekaligus pemenang yang dinantikan oleh kedua orang tua kita.

Support System Terakhir

Sejak kita terpilih menjadi satu-satunya sel sperma yang berhasil membuahi sel telur, kita telah dihadapkan dengan berbagai macam tantangan.

Untuk terlahir dengan sempurna, serangkaian proses harus kita jalani di dalam rahim seorang ibu.

Kita tidak sendirian di dunia ini. Ada keluarga, teman, pasangan, suami atau istri, anak-anak, atau bahkan keluarga besar yang selalu ada buat kita untuk berbagi beban atau masalah.

Meskipun demikian, tentu saja ada sebagian orang yang kurang beruntung, tidak bisa merasakan kenyamanan rumah dan tidak memiliki satu pun sosok yang bisa menjadi “rumah” untuk sekadar beristirahat dari hiruk pikuk dunia.

Teruntuk saudara-saudara kita, ketahuilah bahwa mereka sejatinya tidak sendiri. Sekalipun dunia mungkin terasa amat sepi bagi mereka, sistem yang ada di dalam tubuh mereka tetap setia menemani dalam segala situasi dan kondisi. Sel-sel tubuh kita selalu beregenerasi setiap hari untuk memperbaiki jaringan yang rusak agar kita tetap sehat.

Sel-sel syaraf kita selalu bekerja dengan baik untuk menerima impuls dan menghasilkan respons terhadap impuls tersebut. Sel-sel imun yang siap bekerja 24 jam tanpa lelah memerangi segala macam penyakit yang menyerang, paru-paru dan jantung yang siap bekerja tanpa henti, meskipun kita tertidur, serta semua sistem homeostasis lainnya yang siap menjaga keseimbangan tubuh lainnya di mana pun dan kapan pun.

Mereka semua berjasa dalam hidup kita. Tanpa peranan penting dan vital yang mereka jalankan, kita akan menjadi kacau. Lantas, jangan mengecewakan usaha yang mereka lakukan tersebut. Oleh karena itu, jadikanlah sel-sel tubuhmu sebagai support system terakhir yang senantiasa menjaga dan menemani setiap langkahmu.

Seringkali kita lupa untuk berterima kasih kepada diri sendiri dan terlalu sering menghakimi diri. Hal demikian tentu berdampak negatif bagi cara pandang kita terhadap diri sendiri, yang berujung pada penurunan value diri.

Dari semua kegagalan yang menimpa ingatlah bahwa kita telah berhasil menjadi manusia seutuhnya melalui serangkaian peristiwa panjang telah kita lalui, baik di dalam rahim ibu maupun setelah kita dilahirkan ke dunia. Sejatinya kita selalu berjuang melakukan yang terbaik, meskipun hasilnya mungkin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. (ant/nis/kir/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Rabu, 25 September 2024
29o
Kurs