Jumat, 22 November 2024

Pentingnya Deteksi Dini Fatty Liver: Kolaborasi Pemerintah dan Layanan Kesehatan

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi Fatty Liver. Foto: American Journal of Managed Care

Kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyakit hati berlemak non-alkohol atau fatty liver, dinilai perlu ditingkatkan melalui kolaborasi berbagai sektor, termasuk pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat.

“Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, diperlukan kerja sama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat,” ujar Lina Choridah dokter spesialis radiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dilansir dari Antara pada Minggu (27/10/2024), Lina menegaskan bahwa pemerintah harus memperkuat promosi kesehatan yang menyoroti pentingnya deteksi dini penyakit hati berlemak non-alkohol.

Ini bisa dilakukan melalui media massa maupun edukasi langsung di masyarakat. Akses ke fasilitas pemeriksaan radiologi juga perlu ditingkatkan, terutama di daerah yang sulit dijangkau.

“Kita perlu lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang risiko fatty liver dan pentingnya skrining dini,” tambahnya.

Meningkatkan kesadaran akan penyakit ini dapat mendorong individu untuk melakukan pemeriksaan berkala, sehingga komplikasi serius dapat dicegah.

Lina juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara dokter umum dan spesialis radiologi. Dokter umum yang menangani pasien berisiko tinggi, seperti mereka yang mengalami obesitas, diabetes, atau sindrom metabolik, harus proaktif dalam merujuk pasien untuk pemeriksaan radiologi.

“Peran dokter umum sangat vital dalam hal ini. Mereka berada di garis depan dan bisa membantu deteksi dini dengan merujuk pasien berisiko untuk menjalani pemeriksaan,” kata Lina.

Penyakit fatty liver sering kali asimptomatik pada tahap awal, sehingga memerlukan perhatian serius. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi steatohepatitis non-alkoholik (NASH), yang ditandai dengan peradangan dan kerusakan sel hati. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan fibrosis hati, sirosis, atau bahkan kanker hati.

“Jika kita bisa mendeteksi fatty liver sejak dini, kita dapat mencegah perkembangan ke kondisi yang lebih serius melalui perubahan gaya hidup, diet, dan intervensi medis yang tepat,” jelas Lina.

Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari risiko mereka, terutama mereka yang mengalami obesitas, diabetes, atau sindrom metabolik.

Gaya hidup dengan pola makan tinggi lemak dan kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko fatty liver, bahkan bagi mereka yang tak mengonsumsi alkohol.

“Penanganan fatty liver tidak hanya melibatkan pengobatan, tetapi juga perubahan gaya hidup yang signifikan, seperti penurunan berat badan, pengaturan pola makan, dan peningkatan aktivitas fisik,” tutur Lina. (ant/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs