Jumat, 22 November 2024

Pakar Kesehatan Sebut Rutin Minum Obat Hipertensi Tak Bikin Gagal Ginjal

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pixabay

Pringgodigdo Nugroho Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menepis isu tidak benar meminum obat diabetes dan hipertensi secara rutin dapat menyebabkan gagal ginjal.

Dia menyebutkan, hal itu sebagai respon dari ketakutan sebagian orang untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut, meski disediakan di puskesmas, karena khawatir gagal ginjal sehingga beralih ke obat-obatan herbal.

“Justru tekanan darah yang tinggi, yang tidak terkendali, yang tidak minum obat. Juga gula darah yang tinggi, yang tidak terkendali, karena tidak minum obat, ini yang akan merusak ginjal,” kata Pringgodigdo dalam “Ginjal Sehat untuk Semua” yang dilansir Antara, Rabu (27/3/2024).

Selain itu, menurutnya, para ahli ginjal sedunia tidak menyarankan pasien yang punya gangguan ginjal untuk mengonsumsi obat-obatan herbal yang tidak diketahui efeknya untuk organ itu. Bahkan, jika ada kandungan yang malah menjadi toxic sehingga merusak ginjal.

Dia menyebutkan, hipertensi serta diabetes dapat membawa komplikasi berupa penyakit ginjal kronis yang dapat menjadi penyakit ginjal tahap akhir sehingga membuat pasien harus menjalani hemodialisis atau cuci darah.

Menurutnya, sejumlah faktor risiko penyakit ginjal kronis adalah diabetes, masalah tekanan darah, penyakit jantung, baik yang diidap diri sendiri maupun karena ada riwayat penyakit itu pada keluarga. Selain itu obesitas juga dapat meningkatkan faktor risiko.

Adapun gejala-gejala penyakit itu, kata dia, adalah bengkak di anggota tubuh misalnya tangan, kaki, mata, wajah, dan tangan. Lalu ada juga gangguan saat pipis, misalnya volume pipis yang berkurang, warna yang gelap atau ada darahnya, ada busanya, dan rasa nyeri. Selain itu rasa lelah serta kehausan yang meningkat.

Dalam kesempatan yang sama,Syamsul Bahri Ketua Pengurus Pusat Ikatan Perawat Dialisis Indonesia mengatakan perlu ada peran dari perawat untuk melakukan pendekatan pada masyarakat guna membangun kepercayaan.

Dengan membangun kepercayaan masyarakat atau pasien, kata dia, maka dapat membangun persepsi serta mengubah perilaku tersebut, terutama para pasien yang masih dalam enam bulan pertama pengobatan.

“Kurang dari 6 bulan, biasanya dia masih coba-coba gitu,” katanya.

Syamsul mengatakan tak hanya obat-obatan herbal, para pasien itu mencoba hal-hal aneh lainnya sebagai alternatif. (ant/man/bil/faz)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs