Raden Sawunggaling atau Joko Berek merupakan adipati dan orang yang berjasa bagi Kota Surabaya. Dikisahkan Joko Berek sebelum menjadi Adipati Surabaya, harus menempuh berbagai macam cobaan dari Jayengrono III yang merupakan ayah kandungnya.
Mulyadi Ketua Paguyuban Makam Raden Sawungguling mengatakan, Joko Berek juga harus melewati hadangan dari saudara tirinya yakni Sawungrana dan Sawungsari.
“Joko Berek kemana-mana selalu membawa ayam jagonya yang bernama ‘Bagong’ untuk menemaninya selama perjalanan. Namun, ketika bertemu dengan saudara tirinya Joko Berek ditantang untuk mengadu ayamnya agar bisa menemui bapaknya,” katanya kepada suarasurabaya.net, Rabu (22/5/2024).
Setelah memenangkan sabung ayam dengan saudara tirinya, Joko Berek masih ditempa beberapa ujian lagi oleh Jayengrono III. “Joko Berek harus merawat ratusan kuda sebagai syarat diakui menjadi anak Jayengrono III,” terangnya.
Tidak lama setelah itu, VOC yang sedang berada di Nusantara ingin merubah bentuk pemerintah dari Surabaya agar bisa mendapatkan tenaga tambahan dari pribumi.
“VOC mengadakan sayembara untuk mencari pengganti Jayengrono III. Sayembara dilakukan dengan cara memanah bendera yang berada di belakang kincir angin,” jelasnya.
Dengan adanya pengumuman sayembara itu, para kesatria berlomba-lomba untuk mengikuti sayembara itu. Bahkan Sawungrana dan Sawungsari juga mengikuti sayembara VOC tersebut.
Setelah dilakukan, tidak ada seorang pemenang dari panahan yang diusung oleh VOC itu termasuk Sawungrana dan Sawungsari.
“Joko Berek yang mengetahui itu bersikeras untuk mengikuti sayembara juga dengan taruhan nyawa,” paparnya.
“Jika saya meleset, silahkan penggal kepala saya,” imbuhnya.
Dalam percobaan pertama, Joko Berek langsung berhasil memanah bendera yang ada dibelakang kincir angin tersebut.
“Tidak dengan gampang memberi jabatan kepada Joko Berek, VOC kembali melakukan trik liciknya,” katanya.
VOC memberikan syarat yang tidak masuk akal kepada Joko Berek. Ia diberikan tugas untuk babat alas (buka lahan) yang sekarang menjadi Kecamatan Benowo, Kecamatan Margomulyo, dan sekitarnya.
Setelah berhasil babat alas, Joko Berek kembali diperlakukan licik oleh VOC dan dua saudara tirinya.
“Berhasil babat alas, Joko Berek seolah dibuatkan pesta. Namun, minuman yang diberikan ke Joko Berek sudah diberi racun oleh VOC,” bebernya.
Cakraningrat Adipati Madura yang mengetahui hal itupun langsung menampar gelas air minum yang sudah diracun tersebut.
Mengetahui hal itu, Joko Berek marah besar terhadap VOC dan dua saudara tirinya hingga dengan membabi buta menghajar mereka.
Gelar Raden Sawunggaling diberikan kepada Joko Berek sebelum dirinya melakukan perjalanan dari Surabaya hingga Batavia untuk memberantas VOC dari Nusantara.
Dengan berhasilnya Raden Sawunggaling mengusir sementara VOC dari Nusantara, menjadikan dia sebagai Adipati sekaligus pahlawan Indonesia.
Saat ini makam Raden Sawunggaling yang berada di Jalan Lidah Wetan Tengah Surabaya merupakan makam yang sudah diberikan label Cagar Budaya.
Cak Mul sapaan akrabnya berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya lebih bisa memperhatikan Makam Raden Sawunggaling.
“Kalau tidak bisa rutin (ziarah) kesini, setidaknya setiap Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) bisa menyempatkan waktunya,” tegasnya.
Selain itu, Paguyuban Makam Raden Sawunggaling juga memiliki jargon khusus untuk para warga asli Surabaya.
“Kita mulai terapkan jargon ini untuk anak-anak muda yang bunyinya ‘ojo ngaku arek Suroboyo nek gak ngerti Sawunggaling’. Itu akan kami patentan untuk pengetahuan anak asli Surabaya,” pungkasnya. (man/bil/ipg)