Jumat, 22 November 2024

Lindungi Diri dari DBD Parah, Vaksinasi Jadi Solusi

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Vaksinasi dengue adalah salah satu langkah penting dalam upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD). Foto: iStock

Vaksinasi lengkap dianggap menjadi salah satu langkah yang krusial dalam pencegahan demam berdarah dengue (DBD), dan dapat menurunkan risiko keparahan serta rawat inap.

Dokter Nunki Andria Samudra spesialis anak menyebutkan bahwa saat ini, masih belum ada pengobatan yang khusus untuk menyembuhkan DBD.

Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD adalah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus, atau pemberian penghilang nyeri.

“Oleh karena itu, dibutuhkan pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar risiko DBD parah dan kematian,” kata Nunki dilansir Antara pada Minggu (28/7/2024).

Pencegahan inovatif vaksin DBD yang saat ini tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6-45 tahun, dapat diberikan terlepas dari paparan DBD sebelumnya, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat.

“Vaksin DBD adalah salah satu langkah krusial untuk meningkatkan perlindungan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan,” terangnya.

DBD merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan demam berdarah dengue.

Demam dengue biasanya cenderung menimbulkan gejala ringan, ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri retro-orbital, nyeri tubuh, mual dan muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam.

Sementara Demam Berdarah Dengue biasanya dapat menyebabkan gejala yang berat seperti perdarahan kulit, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie dan purpura, bersama dengan perdarahan gusi, epistaksis, menoragia, dan perdarahan saluran cerna.

Seseorang bisa terinfeksi DBD lebih dari sekali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah, bahkan bisa berujung pada kematian. Apalagi, menurut data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang meninggal karena DBD.

“Untuk itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu di mana kita paling aktif,” katanya.

Menurut dr Nunki, DBD bukan hanya masalah individu, tetapi masalah komunitas. Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah permukiman perkotaan. (ant/saf/ham)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs