Sabtu, 23 November 2024

Jangan Disepelekan, Pekerja yang Sering Menunda Makan Malam Lebih Berisiko Depresi

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi pria yang mengalami depresi, sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Foto: Antara

Sebuah studi yang diterbitkan jurnal “Jama Network” menyatakan, pekerja yang sering menunda makan malam memperbesar risiko mengalami depresi atau gangguan kecemasan (anxiety).

Melansir Antara, Medical Daily kemudian membuat survei yang melibatkan personel maskapai penerbangan mengenai hal tersebut.

Studi yang diikuti oleh 22.617 personel maskapai penerbangan itu melacak waktu peserta sarapan dan makan malam serta interval antarwaktu makan.

Mereka kemudian membandingkan data itu dengan skor anggota kru pada alat skrining kecemasan dan depresi.

Hasilnya, ditemukan waktu makan lebih dari 12 jam dan waktu makan yang ditunda berkaitan erat dengan meningkatnya risiko depresi dan kecemasan.

Para pekerja shift harian yang menunda makan malam hingga lewat pukul delapan malam, akan mengalami penurunan berat badan, menghadapi risiko depresi dua kali lipat, dan risiko kecemasan 78 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang makan lebih awal.

Selain itu, menunda sarapan hingga lebih dari jam 9 pagi meningkatkan risiko depresi sebesar 73 persen dan peningkatan kecemasan sebesar 79 persen.

Demikian juga pada pekerja pada shift malam atau hari libur juga memiliki peningkatan risiko kecemasan atau depresi terkait dengan penundaan makan.

Namun, bagi pekerja yang membatasi waktu makannya dalam waktu 12 jam setiap hari memiliki risiko kecemasan 16 persen lebih rendah dan penurunan depresi sekitar 19 persen, dibandingkan dengan individu dengan jadwal makan yang lebih tidak teratur.

Meskipun penelitian itu tidak mengeksplorasi mekanisme pasti bagaimana waktu makan berdampak pada kesehatan mental, para peneliti berpendapat hal tersebut mungkin disebabkan pengaruh waktu makan pada siklus tidur atau ritme sirkadian.

Gangguan pada ritme itu dapat mengubah metabolisme, yang kemudian dapat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

“Temuan penelitian ini menunjukkan perlunya intervensi dan kebijakan pendukung yang membantu mengurangi dampak buruk dari kerja shift dan jam kerja tidak teratur terhadap kesehatan mental di antara awak pesawat dan, lebih luas lagi, di antara pekerja shift,” ucap para peneliti studi.(ant/kir/rid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs