Firman dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya menyarankan agar menjalankan beberapa langkah pencegahan terhadap flu Singapura.
Ia mengatakan, flu Singapura banyak terjadi pada anak-anak. Selain itu juga bisa terjadi pada kelompok rentan seperti lansia dan individu yang memiliki penyakit komorbid.
“Jika kondisi sistem kekebalan tubuh menurun, maka ketika terpapar penyakit flu Singapura, akan dengan mudah menyerang tubuh orang tersebut,” katanya saat dihubungi suarasurabaya.net pada Sabtu (13/4/2024).
Beberapa langkah pencegahan yang ia tekankan, yakni pertama, menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun selama setidaknya 20 detik. Terutama setelah bersin, batuk atau menyentuh permukaan yang mungkin terkontaminasi.
“Jika air dan sabun tidak tersedia, gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol,” katanya.
Kedua, menggunakan masker wajah agar dapat membantu mengurangi penyebaran virus flu singapura, terutama di tempat umum atau di tempat keramaian.
“Ketika kita sedang sakit tetaplah di rumah untuk mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain. Hindari kontak dekat dengan orang yang yang sedang sakit, termasuk berjabat tangan.
Ketiga, menggunakan tisu atau siku bagian dalam saat batuk atau bersin, dengan memastikan membuang tisu bekas dengan benar.
Serta, hindari menutup mulut dan hidung dengan tangan kosong karena hal itu dapat menyebarkan kuman, bakteri dan virus, yang menempel pada tangan kita.
Keempat, menjaga sistem kekebalan tubuh, yakni dengan cara mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, serta berolahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.
“Sistem kekebalan tubuh menjadi benteng paling penting untuk melawan paparan penyakit sehingga tidak sampai menginfeksi tubuh kita. Menjaga sistem kekebalan tubuh sangat efektif melindungi tubuh kita dari infeksi flu singapura dan penyakit lainnya,” tuturnya
Ia menjelaskan, musim flu dapat bervariasi di berbagai wilayah geografis dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu udara, kelembapan, dan perilaku manusia seperti berkumpul di dalam ruangan. Perubahan iklim dan kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi tren penularan penyakit.
Penyakit flu singapura itu, ditandai dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan kelemahan umum, yang serupa dengan gejala influenza lainnya.
World Healh Organization (WHO) menyatakan bahwa jutaan orang terinfeksi virus ini, dan ribuan orang meninggal akibat komplikasi.
Menurut data Kemenkes, saat ini setidaknya sudah ada 6.192 kasus flu Singapura di Indonesia. Dan diantaranya, ada lima provinsi dengan kasus tertinggi, Jawa Barat menempati urutan tertinggi sebanyak 1.901 orang, kemudian disusul Banten 1.050 orang, DIY Yogyakarta 449 orang, Jawa tengah 415 orang dan Kalimantan Tengah 25 orang.
Dari data tersebut, ia mengatakan bahwa angka penularannya cukup tinggi, sehingga masyarakat perlu waspada terutama untuk daerah yang belum menunjukkan kasus yang signifikan seperti Jawa Timur.
“Oleh karena itu perlu langkah-langkah pencegahan di masa mudik dan arus balik lebaran, agar penularan flu singapura bisa dicegah dengan baik,” imbuhnya.
Seperti diketahui, flu singapura juga dikenal sebagai flu pandemi, flu tersebut sudah terjadi sejak tahun 1957, dan menyebar ke beberapa negara di dunia. Virus itu juga disebut sebagai Hand, Foot and Mouth Disease (H2N2).(ris/saf/iss)