Bagi orang Jawa, khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah, pastinya sudah tak asing dengan makanan khas dari bahan utama tahu, yakni tahu campur, tahu tek, dan tahu gimbal.
Dilansir dari Antara pada Kamis (21/11/2024), makanan ini kerap menjadi incaran para pemburu kuliner tradisional di Jawa hingga luar Jawa. Hal tersebut disebabkan porsinya yang bisa buat kenyang perut hingga rasanya yang bikin ketagihan.
Tiga kuliner ikonik ini memang sama-sama memiliki bahan dasar tahu, namun terdapat perbedaan dalam penyajian, bahan makanan tambahan, hingga olahan bumbu cita rasanya.
Lantas, apa saja yang menjadi perbedaan dari ketiga kekayaan kuliner khas Jawa ini? Berikut penjelasannya.
Tahu campur
Hidangan makanan tahu campur berasal dari Jawa Timur khas Lamongan. Tahu campur pertama kali dicetuskan dan dibuat oleh orang asal Padengan Ploso yang saat itu menjadi koki di Surabaya yang bekerja dengan Belanda.
Tak lama setelah berhenti dari pekerjaan tersebut, ia belajar menciptakan makanan yang kemudian dijual, salah satunya adalah tahu campur.
Sejak saat itu, tau campur menjadi makanan yang populer hingga bertahan sampai saat ini pada generasi ke-6 atau ke-7.
Kuliner tahu khas Lamongan ini dikenal dengan cita rasanya yang kaya akan rasa bumbunya yang kuat.
Dengan bahan dasar tahu, makanan ini disajikan dengan kuah kaldu daging yang dicampur petis udang. Tak heran bagi pecinta rasa gurih kerap mengincar tahu campur ini.
Setelah itu, ditambahkan bahan lainnya seperti mie kuning, tauge atau kecambah, daging sapi, sayuran seperti selada dan sawi, dan uniknya terdapat perkedel dari singkong tumbuk yang digoreng. Jika Anda ingin porsi yang lebih kenyang, bisa ditambah dengan lontong bahkan nasi.
Saat menyantap tahu campur, kerupuk udang dan kerupuk kanji bisa menjadi pilihan pas sebagai penambah selera.
Tahu tek
Kata “tek” yang terdapat dalam nama makanan khas Surabaya ini memiliki asal usul yang menarik.
Saat penjual sedang mengolah tahu tek, sering terdengar bunyi “tek, tek, tek”. Pasalnya bunyi tersebut berasal dari gunting dan garpu yang digunakan penjual untuk memotong lontong dan tahu. Oleh sebab itu, sajian ini disebut tahu tek.
Berbeda dengan tahu campur, sajian tahu tek memiliki ciri khas yang dibaluri bumbu kacang berwarna coklat pekat yang kaya akan rasa gurih, asin, hingga pedas.
Hal ini disebabkan olahan bumbu kacang yang dibuat dari petis, kacang tanah, cabai, dan bawang putih yang diulek secara merata hingga kental.
Kemudian, bumbu kacang tersebut dicampur dengan bahan makanan lain yaitu tahu, lontong, tauge, dan irisan mentimun. Tak jarang sebagian orang meminta untuk ditambahkan telur dadar diatasnya.
Tahu Gimbal
Tahu gimbal yang terkenal di Semarang, Jawa Tengah merupakan makanan yang memiliki sensasi gurih dengan tambahan udang goreng tepung yang disebut gimbal.
Kata “gimbal” dalam nama hidangan ini berasal dari udang yang digoreng dengan balutan adonan tepung, sekilas pun mirip dengan bakwan udang.
Munculnya tahu gimbal diketahui bermula pada abad ke-19, ketika Semarang dikuasai kolonial Belanda. Awalnya, tahu gimbal merupakan makanan lokal yang dibuat para masyarakat Semarang untuk kalangan tertentu. Namun, kelezatan tahu gimbal membuat semua kalangan ingin mencobanya dan mulai populer ke seluruh kota.
Tahu gimbal umumnya berisi tahu goreng, kol, lontong, telur, dan yang paling khas adalah gimbal, udang dibalut adonan tepung yang tampak seperti bakwan.
Penambahan gimbal inilah yang memberikan tahu gimbal menjadi cita rasa yang unik dan gurih. Selain itu, tahu gimbal biasanya juga disajikan dengan irisan mentimun dan tauge atau kecambah
Tekstur bumbu kacang pada tahu gimbal umumnya dibuat agak encer, namun tetap kaya akan rasanya.
Ketiga makanan khas Jawa ini mudah ditemukan warung pinggiran atau penjual gerobak keliling. Dari segi harga yang ditawarkan dapat berbeda-beda, namun masih tergolong ekonomis yakni mulai dari Rp12.000 hingga Rp30.000. Harga tersebut bisa bergantung dari lokasi penjualan hingga cita rasa khas yang dimiliki sajian tahu ini.
Itulah perbedaan dari tahu campur, tahu tek, dan tahu gimbal. Ketiga makanan ini memiliki keunikannya masing-masing, dengan rasa dan tekstur yang berbeda, namun tetap sama-sama menawarkan kenikmatan makanan khas Jawa yang autentik. (ant/nis/saf/ipg)