Dokter Jenny Bashiruddin spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan gangguan pendengaran pada orang lanjut usia (lansia) dapat mempercepat proses demensia.
Menurut dia, gangguan pendengaran dapat terjadi mulai sejak lahir hingga lanjut usia. Pada setiap tahapan usia, gangguan itu dapat menurunkan kemampuan berkomunikasi seseorang.
Pada usia lanjut, kata dia, terjadi proses degenerasi sel, termasuk kemampuan pendengaran, sehingga mereka merasa kurang nyaman saat mendengar.
“Dia akan pertama terjadi gangguan komunikasi, karena dia mendengar tidak enak, dia malas bersosialisasi. Akhirnya menyendiri. Kalau dia sudah menyendiri, yang kita khawatirkan apa? Interaksi berkurang, terjadi demensia,” kata Jenny seperti dikutip Antara pada Selasa (19/3/2024).
Ia menjelaskan kurangnya komunikasi dan sosialisasi pada lansia akan mempercepat proses demensia, karena kurangnya stimulus atau rangsangan sehingga otak tidak bekerja.
Fungsi-fungsi seperti mendengar, lanjut dia, dan berbicara dapat mempengaruhi proses demensia.
“Karena proses demensia itu sangat dipengaruhi oleh fungsi-fungsi mendengar dan berbicara,” ujarnya.
Demensia adalah penyakit pada otak yang dapat menurunkan daya ingat serta kemampuan kognitif, sehingga mengganggu fungsi mandiri dan kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, keluarga dan masyarakat punya peran yang penting dalam membantu orang-orang lanjut usia yang memiliki gangguan pendengaran. Selain dengan memberikan alat bantu dengar, keluarga perlu berkomunikasi secara jelas agar tetap ada rangsangan pada otak lansia serta agar lansia itu tidak merasa sendirian.
“Kita harus sering bawa jalan-jalan, bawa berkomunikasi, ketemu teman-temannya supaya terjadi interaksi, dan rangsangan-rangsangan ke sistem pendengaran dan ke otak terus berjalan,” ucapnya.
Namun, kata dia, tidak semua orang lansia sudah pasti mengalami gangguan pendengaran. Apabila gaya hidupnya bagus, maka gangguan pendengaran dapat dicegah pada usia senja.
“Tetapi pada yang belum apa-apa sudah ada diabetes, hipertensi, kemudian ada obat-obatan ototoksik tadi karena sering sakit. Maka itu semua akan berkontribusi terjadinya percepatan gangguan pendengaran pada lansia,” pungkasnya. (ant/ike/ipg)