Rabu, 2 Oktober 2024

ARTSUBS 2024 Bakal Digelar di Surabaya untuk Pertama Kalinya, Bawa 160-an Seniman Kontemporer

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
(Dua dari kiri) Asmudjo Irianto art director dan kurator ARTSUBS 2024 dan Suvi Wahyudianto seniman kontemporer dalam talkshow "A Large Scale Contemporary Art Exhibiton in Surabaya", Selasa (1/10/2024). Foto: Akira suarasurabaya.net

ARTSUBS 2024 untuk pertama kalinya bakal digelar di Surabaya selama kurang lebih satu bulan, yakni dari 26 Oktober-24 November 2024.

Sebelum pagelaran resminya dibuka, untuk perkenalan pada publik, ARTSUBS 2024 menggelar pre-event yang bertajuk “A Large Scale Contemporary Art Exhibiton in Surabaya”.

Asmudjo Irianto art director dan kurator ARTSUBS 2024 menjelaskan, event ini merupakan kontribusi sosial seni rupa kontemporer yang mesti diupayakan bersama.

“Apalagi jika melihat Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, yang hingga kini belum memiliki pameran besar berskala nasional,” terangnya, Selasa (1/10/2024), di Amphitheater Universitas Kristen Petra.

Menurut Asmudjo, Surabaya memiliki sumber daya yang besar untuk bisa membuat pameran seni rupa kontemporer sekaligus mengenalkannya ke masyarakat.

Pada event pertama kalinya nanti, ARTSUBS 2024 akan mengambil tema tentang Ways of Dreaming atau aneka jalan mimpi.

“Pameran seni rupa kontemporer bukan hanya memperindah pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadi pendorongnya. Ini adalah kekosongan besar di Indonesia, yang sejauh ini hanya diisi, dengan segenap keterbatasan, oleh Yogyakarta, Jakarta, dan Bali Selatan,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam ARTSUBS 2024, akan menghadirkan lebih dari 160 seniman, yang akan menunjukkan jalan-jalan baru untuk memperlihatkan mimpi dan fantasi.

Salah satu seniman yang hadir adalah Suvi Wahyudianto seniman Jawa Timur yang melambung setelah menjadi pemenang  UOB Painting of the Year 2018 Indonesia dan UOB Southeast Asian Painting the Year 2018.

Dalam ARTSUBS 2024, Suvi akan menghadirkan satu instalasi miliknya, yang dinilai memiliki arti dan kisah yang cukup dalam yakni, Homosapirin.

Instalasi ini menggambarkan sapi sebagai hewan yang memiliki relasi kuasa dengan masyarakat Madura.

“Instalasi ini membicarakan tentang relasi kuasa di Madura dengan konteks karapan sapi. Karapan sapi adalah salah satu kontestasi kebudayaan yang tidak hanya bekerja sebagai produksi budaya, tapi ada mekanisme relasi kuasa di dalamnya,” jelas Suvi.

Di Madura, kata Suvi, seseorang yang memiliki karapan sapi akan populer dan merebut kuasa yang sebenarnya. Misalnya, untuk menjadi anggot dewan atau kepala desa.

Dengan adanya gelaran ini, Asmudjo berharap Surabaya bisa menjadi salah satu pusat terpenting bagi pertumbuhan seni kontemporer Indonesia. Juga untuk membarengi perannya sebagai sentra pertumbuhan ekonomi nasional.(kir/iss/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Surabaya
Rabu, 2 Oktober 2024
28o
Kurs