Jumat, 22 November 2024

Penderita Jantung Koroner Mulai Usia 20 Tahun, Perokok Paling Berisiko

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
dr. Saskia Duah Handari spesialis jantung usai konferensi pers seminar dokter nasional di Graha Prodia Surabaya, Sabtu (11/3/2023). Foto: Meilita suarasurabaya.net

Penyakit jantung koroner bisa mengancam penderita usia muda 20 tahun ke atas hanya karena gaya hidup yang tidak sehat. Terutama perokok aktif maupun pasif.

dr. Saskia Dyah Handari spesialis jantung mengatakan, penyakit jantung koroner termasuk salah satu yang menempati ranking satu penyebab penderita meninggal dan merasakan sakit selama mengidap.

Penyebabnya, tak hanya turunan tapi juga gaya hidup yang tidak sehat. Mulai kebiasaan merokok, hingga konsumsi makanan siap saji.

“Karena gaya hidup sekarang, makin sering makan berlemak, tidak ada sayur, junkfood, bahkan usia muda ada yang sudah mulai merokok,” kata Saskia saat konferensi pers seminar dokter nasional di Graha Prodia Surabaya, Sabtu (11/3/2023).

Oleh sebab itu, jantung koroner mulai menyerang usia muda. Idealnya, 26-40 tahun harus melakukan medical check up sebagai deteksi dini penyakit pembuluh darah.

“Usia 20-an racun banyak banget dari rokok, makanan junkfood yang tinggi natrium atau garam, pengawet, kolesterol, sehingga sekarang di negara maju disarankan 26 tahun ke atas sudah medical check up untuk deteksi dini dan screening apa punya penyakit pembuluh darah antara lain jantung dan stroke,” bebernya.

Perokok menempati urutan tertinggi yang berisiko terkena jantung koroner dibandingkan faktor lainnya.

“(Perokok) yang bikin plak tidak stabil. Serangan jantung kan karena plak tidak stabil. Memang nomor satu perokok, kedua diabetes,” imbuhnya.

Plak pada pembuluh darah bisa menjadi lunak imbas asap rokok yang terus-terusan dihirup. Lunaknya plak akan berpotensi mudah pecah dan memenuhi pembuluh darah hingga menyebabkan serangan jantung.

“Orang perokok itu racun masuk terus menggerus pembuluh darah, jadi lebih cepat munculnya. Membuat plak bersifat lunak dan gampang pecah. Juga plaknya akan pecah dan isinya akan terburai di pembuluh darah dan menyebabkan serangan jantung,” imbuhnya.

Perokok pasif pun memiliki risiko sama tingginya dengan perokok aktif.

“Bahkan sekarang ada istilah perokok lapis ketiga. Bapak-bapak ngerokok di luar, tapi tangannya nyimpan racun asap rokok terus duduk di sofa yang dipakai mainan bayinya. Ini mulai dicurigai bisa bikin masalah ke anak-anak jadi penyempitan nafas,” jelasnya.

dr. Dimas Rio Balti spesialis jantung menganjurkan, selain memperbaiki pola konsumsi makanan sehat, cata pencegahan dini penyakit jantung koroner dengan memenuhi olahraga yang dibutuhkan tubuh, 150 menit seminggu.

“Yang dilakukan oleh pemilik faktor risiko itu tadi (obesitas, merokok) tidak hanya jaga makan dan olahraga teratur tapi juga harus sadar medical check up. Olahraga rajin 30 menit sehari, 150 menit seminggu, itu yang dianjurkan,” tandasnya. (lta/ihz/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs