Jumat, 22 November 2024

Pakar Ungkap Kerja Shift Bisa Mengganggu Kerja Otak

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi pekerja shift malam. Foto: Health/Gettyimages

Pakar dalam sebuah studi baru mengungkapkan bekerja secara rutin di luar jam kerja normal di siang hari dapat menyebabkan gangguan kognitif dan memori.

Beth Malow, seorang profesor di Departemen Neurologi dan Pediatri, dan Direktur Divisi Gangguan Tidur di Vanderbilt University menjelaskan cara utama kerja shift berdampak pada otak adalah dengan mengganggu pola tidur, karena mengharuskan orang untuk terjaga dan bekerja pada malam hari, dan tidur pada malam hari.

Ketidakselarasan ritme biologis tubuh, atau yang biasa disebut Ritme Sirkadian ini menyebabkan otak melepaskan zat kimia yang berbeda, termasuk hormon stres, yang dapat memengaruhi memori dari waktu ke waktu.

“Ini bukan soal durasi kerja shift dan lebih kepada ketidaksejajaran (ritme) sirkadian,” kata Malow dilansir Health, Sabtu (26/8/2023).

Menurut Malow, orang perlu tidur nyenyak agar dapat berpikir jernih dan memungkinkan otak untuk mengatur ulang dan membuang protein beracun yang dapat menumpuk di dalam tubuh dan memengaruhi daya ingat.

Durdana Khan, sarjana doktoral di York University di Kanada yang memimpin penelitian ini menambahkan bahwa masalah ini tidak hanya berdampak pada satu sistem.

“Penting untuk diketahui bahwa ini adalah masalah multifaktorial. Tidak hanya satu sistem yang terkena dampaknya,” ujar khan.

Otak merespons terhadap siklus pagi sampai malam dengan mempersiapkan tubuh untuk tidur. Hal ini termasuk melepaskan melatonin, hormon yang mendorong tidur.

Ketika bekerja di malam hari, orang sering terpapar cahaya ketika tubuh mereka seharusnya beristirahat untuk tidur.

“Setelah paparan berulang kali, gangguan ini berbahaya bagi tubuh dan memiliki efek langsung pada sel-sel otak, yang menyebabkan degenerasi saraf,” ungkap Khan.

Adapun protein dan yang juga diproduksi tubuh untuk membantu tubuh tidur. Namun, gangguan tidur menyebabkan otak memproduksi protein ini terlalu banyak, membuatnya bersifat neurotoksik.

Gangguan tidur juga menyebabkan peningkatan kortisol, hormon stres tubuh, sehingga seseorang yang bekerja shift malam dalam tekanan tinggi, misalnya sebagai perawat, akan memperparah dampak negatif kortisol pada otak.

“Yang memiliki efek neurotoksik pada sel-sel otak, yang dapat merusak fungsi otak,” beber Khan.

Untuk memitigasi ini, semua pekerja shift juga harus fokus pada pilar kesehatan lainnya, yakni makan makanan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik yang cukup, untuk membantu mengurangi beberapa dampak kognitif dan fisiologis dari jadwal tidur yang tidak menentu.

“Tidak semua orang bisa tidur di siang hari, namun setelah bekerja, harus ada waktu istirahat di mana Anda bisa bersantai,” pungkas Khan.(bnt/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs