Kemajuan teknologi laser vagina mulai berkembang jadi tren, tak hanya untuk mengobati keluhan tapi juga sekedar perawatan.
Dokter Hendera Henderi spesialis obstetri ginekologi (obgyn) National Hospital Surabaya mengatakan, kegunaan laser vagina hampir sama dengan laser kulit wajah.
“Treatment ini manfaatnya banyak untuk kualitas berhubungan intim bagi yang sudah menikah, terhindar dari kondisi vagina kering, juga untuk terapi vaginismus,” kata dr. Heha sapaan akrabnya, Sabtu (5/8/2023).
Banyak pasien datang tanpa keluhan khusus. Hanya ingin mengencangkan otot vagina kembali pascalahiran misalnya.
“Biasanya mereka yang datang memang ada keluhan, tapi ada juga yang sudah aware dan ingin merawat. Seperti ingin mengencangkan dan lain sebagainya. Intinya agar sedap dipandang dan sedap dirasa,” ujarnya.
Pengembalian otot vagina, lanjut dr. Hendera Henderi, akan terlihat hanya dengan satu hingga tiga kali treatment.
“Satu kali sudah ada efeknya biasanya, maksimal tiga kali sudah ada efeknya. Tergantung dari kondisi pasien juga,” tambahnya.
Laser vagina, sambungnya, umumnya dilakukan perempuan usia 40 tahun ke atas. Sedangkan remaja hanya sebagian kecil.
“Yang usia belasan melakukan treatment ini, tapi itu dia memang ada kondisi vaginismus,” ujar dokter Hendera.
Tapi ada catatan, laser vagina tidak bisa dilakukan jika seorang wanita mengalami penyakit tertentu, seperti kanker serviks.
“Sebelum melakukan laser pasti kami cek dulu kesehatannya, kalau ditemukan ada penyakit misal kanker serviks yang kami stop dulu. Kami obati dulu serviksnya,” tandasnya. (lta/bil/iss)