Setelah Mario Dandy melakukan tindak kejahatan pada mantan pacar kekasihnya, muncul juga kasus kekerasan di Hong Kong. Kasus ini menimpa Abby Choi model yang dibunuh dan dimutilasi yang diduga dilakukan mantan suami beserta keluarganya.
Tiara Diah Sosialita Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) menegaskan, siapapun berpeluang untuk melakukan tindakan kejahatan sekalipun orang terdekat.
Ia menjelaskan, ada tiga faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap orang lain.
“Pertama faktor internal, yaitu dari diri kita sendiri, misal kondisi mental tidak stabil, ada gangguan kejiwaan atau faktor kepribadian yang menyimpang. Faktor ini kerap menjadi penentu seseorang dapat melakukan kejahatan kepada orang lain,” ucapnya pada Selasa (7/3/2023).
Ia juga mengatakan, kekerasan bisa terjadi karena faktor emosional, yakni temperamen yang mudah meledak-ledak, serta pemikiran yang keliru seperti melakukan kejahatan untuk mendapat apa yang diinginkan.
“Minimnya kasih sayang serta rasa empati pada orang lain turut menjadi faktor internal yang dapat memicu perilaku jahat terjadi. Yang terpenting juga adalah kontrol diri. Kendali diri yang rendah menjadi salah satu faktor penting yang bisa memicu seseorang melakukan kejahatan,” paparnya.
Kedua, lanjut Tiara, yakni faktor eksternal yang berupa pengaruh lingkungan sekitar.
“Jika seseorang sudah terbiasa terpapar dengan tindakan kekerasan, maka ia akan menormalisasi perbuatan tersebut,” ujarnya.
Kemudian ketiga, faktor situasional yakni kejahatan yang terjadi ketika ada kesempatan untuk bertindak atau ada korban yang menjadi target pelampiasan emosi.
“Kondisi lingkungan yang tidak mencegah tindakan jahat atau melerai, tidak ada pengawasan dari pihak otoritas misalnya. Berada di tempat sepi atau bisa juga saat seseorang merasa terancam dan tidak nyaman sehingga menyebabkan dia berperilaku jahat,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa relasi kuasa juga bisa mempengaruhi kejahatan. Yakni, dengan menggunakan power untuk memaksakan keinginannnya pada orang lain.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada masyarakat, agar mengenali bentuk emosi diri sendiri. Kerena kata Tiara, jika masyarakat menyadari bentuk emosi yang dirasakan bisa membahayakan orang lain, maka segera cari bantuan pengobatan serta dukungan.
“Hal ini dapat membantu kita agar bisa mengatasi masalah yang kita rasakan, agar tindakan kejahatan tidak bisa terjadi atau berulang lebih buruk di masa depan,” pungkasnya.(ris/dfn/ipg)