Jumat, 22 November 2024

Hal-Hal yang Wajib Diperhatikan dengan Kondisi Mikrotia

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi bayi yang mengalami mikrotia atau kelainan daun telinga. Foto: Pexels

Telinga kecil atau mikrotia dapat menyebabkan masalah pendengaran dan kesulitan dalam membedakan dari arah mana suara berasal.

Mikrotia, merujuk Cleveland Clinic, merupakan kelainan bawaan pada telinga luar. Kelainan ini dapat berkisar dari masalah struktural ringan hingga telinga luar yang tak terbentuk sama sekali.

Dilansir dari Antara, mikrotia biasanya menyerang satu telinga, Namun bisa juga terjadi pada kedua telinga. Kondisi ini biasanya terjadi karena perkembangan telinga yang tak normal selama trimester pertama kehamilan.

“Untuk pasien mikrotia dan orangtua, tahu dulu kelainan kita. Yang penting level pendengaran, apa kira-kira alat untuk membantu bisa mendengar, mengoptimalkan pendengaran,” kata Prof. Mirta Hediyati Reksodiputro Pakar Telinga Hidung Tenggorok (THT).

Selanjutnya, ketahui tahapan-tahapan misalnya waktu terbaik pasien mikrotia harus dioperasi dan kesulitan yang mengganggu proses operasi.

Operasi rekonstruksi daun telinga biasanya berlangsung dua tahap. Tahap pertama yakni membuat rangka daun telinga yang dimulai dari pengambilan tulang rawan iga.

Setelah itu tulang rawan dibentuk menyerupai bentukan lekukan daun telinga untuk nanti ditanam pada posisi yang tepat.

Tahap kedua, setelah memastikan tidak ada infeksi maka mengangkat ke atas agar daun telinga buatan bisa berdiri. Biasanya ini dilakukan minimal tiga bulan usai implan dipasang.

“Daun telinga salah satu organ tubuh pada wajah yang tidak menempel demikian rupa, tapi mempunyai jarak tersendiri. Jadi tahap kedua, setelah kita tanam dan kita yakinkan iga dalam kondisi baik, tidak ada infeksi, baru angkat ke atas atau bisa berdiri atau disebut tahap elevasi,” jelas Mirta.

Dia menambahkan, khususnya pasien mikrotia anak, perlu mendapat semangat dan dukungan dari orang-orang sekitarnya agar kondisinya tidak menjadi masalah bagi dia di kemudian hari.

“Terutama anak prasekolah dasar belum mengerti bagaimana merespons kelainan bawaan dari temannya, itu yang harus diedukasi, tidak hanya ke anak tetapi juga gurunya supaya bisa memberi edukasi pada murid-muridnya,” demikian pesan Mirta. (ant/mel/saf/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs