Jumat, 22 November 2024

Empat Cara Jadi Influencer Muda Penghasilan Puluhan Juta Ala Selebgram Surabaya

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Tasya Octav (23 tahun) selebgram Surabaya sukses jadi influencer hingga berbisnis. Foto: Istimewa

Influencer jadi salah satu profesi yang kini digemari terutama anak muda. Namun tak selalu bisa diraih dengan mudah, bahkan beberapa orang menggunakan cara-cara yang buruk demi dirinya terkenal.

Tasya Octav salah satunya, selebgram muda asal Surabaya itu memulai profesinya sejak duduk dibangku SMP kelas tiga. Ia memanfaatkan kemajuan sosial media dan kecanggihan ponsel untuk membuat konten yang diunggahnya sendiri.

“Jadi dulu aku ikut Comate, fans Coboy Junior (CJR) dari awal ikut instagram daftar, ikut komunitas itu. Terus ada konser CJR dan bisa foto dengan personel. Aku upload semuanya, akhirnya trending sampai instagram banyak follower. Terus aku suka ngupload foto semakin banyak, terus open endorse juga, jadi semakin ramai,” ujarnya, Selasa (16/5/2023).

Wanita yang kini masih berusia 23 tahun itu juga menekuni dunia modelling ketika SMA. Berbekal dari sekolah model yang pernah diikutinya ketika SD, aktivitas itu semakin mendulang popularitasnya di Surabaya.

Dari hasil endorse atau promosi iklan berbagai produk yang ia dapat mulai lokal hingga brand terkenal, Tasya mampu memperoleh penghasilan hingga puluhan juta rupiah dalam sebulan.

“50 persen dari endorse aku tabungin. (Penghasilannya) tergantung berapa banyak brand kerja sama. Banyakan waktu itu. Paling banyak, Rp75 juta sebulan. Paling sedikit sekitar Rp14 juta,” terangnya.

Sebagian besar hasil jerih payahnya itu ditabung hingga ia mampu mewujudkan beberapa keinginannya termasuk menikah muda diusia 20 tahun.

Meski namanya hingga kini masih cukup dikenal dan dapat tawaran banyak endorse, tapi bagi Tasya, ketenaran tidak selamanya. Ia harus menyiapkan langkah masa depan jika profesinya sebagai influencer tidak lagi bisa diandalkan.

Memanfaatkan kesempatan yang masih ada, Tasya pun terjun ke dunia bisnis.

“Kalau aku mikir, ya lambat laun tambah usia, banyak pemuda-pemudi baru muncul, banyak selebgram baru, kalau aku gak mau kalah ya aku harus punya karya autentik biar orang tahu aku. Itu jadi peluang aku dari terkanal buat berhasil bisnis. Jadi peluangnya lebih besar,” tuturnya.

Berbagai usaha ia coba. Mulai menjual makanan frozen ketika pandemi Covid-19, kemudian reseller berbagai produk yang ia jual kembali, sampai membuat produk body care yang ia produksi sendiri.

Usaha tak selalu berhasil, produk buatannya pun gagal laris di pasaran hingga membuatnya rugi 50 jutaan.

Tak kapok, Tasya pun kembali berbisnis parfum yang komposisinya ia racik sendiri. Memanfaatkan akun sosial medianya yang sudah banyak pengikut, ia mengaku terus rajin promosi dan menciptakan produk sebaik mungkin serta berbeda dari pasaran.

Penjualannya pun berbuah manis. Ia bisa meraih penghasilan jutaan rupiah dalam sehari.

“Sangat pesat apalagi pas live tiktok sejam bisa dua sampai empat jutaan. Aku percaya, kalau kita gagal ya harus coba lagi sampai kita bisa. Kalau berhenti gak akan sampai di garis finish. Jodoh aku mungkin diparfum ini. Aku gak akan kapok dan gak akan nyesal nyoba lagi,” terang Tasya.

Kini ia mampu meraih pendapatan 50-an juta rupiah setiap bulan disamping penghasilan endorse produk lain.

Menurutnya, jika ia bisa sukses menjadi influencer, maka jejaknya pun bisa diikuti semua anak muda di manapun termasuk Surabaya.

Untuk menjadi seorang influencer, menurut Tasya harus memanfaatkan sebaik mungkin sosial media dan kecanggihan teknologi dengan hal-hal positif.

“Hobi foto dan video, bikin aja sebanyak-banyaknya. Share-nya harus yang positif. Ikutin tren, misal transisi make up kalau suka, atau tentang makanan, apa aja yang kalian suka. Yang penting konsisten,” katanya.

Usai upaya itu berhasil dengan punya banyak pengikut di sosial media, sambungnya, seorang influencer harus bisa bertanggungjawab dengan ketenarannya. Bukan malah memanfaatkan segala cara demi mendapat uang atau keuntungan. Apalagi, dengan cara menipu orang lain.

“Kita harus bertanggungjawab atas apa yang kita lakukan. Dulu aku pernah dihujat karena promosiin arisan dan behel salon tukang gigi. 2018 lalu, dan sampai ada orang ketipu arisan itu. Dari situ aku belajar, gak mau nerima paid promote arisan dan segala macem. Gunain yang positif untuk bisnis, UMKM, kalau bisa, lakuin hal-hal positif dan akan dilihat banyak orang. Nggak usah bikin arisan aneh-aneh kan kalau nabung bisa di bank,” jelasnya.

Seorang influencer juga harus terus memiliki pendirian agar tak mudah terbawa arus.

“Sekali aja kita salah melangkah, penggelapan endorsement misalnya itu akan kena karmanya. Bisa jadi kita akan semakin turun ke bawah,” imbuhnya.

Terakhir, menjaga profesinya agar tetap stabil sembari menyiapkan langkah lain ke depan, menurutnya influencer harus selalu bertindak positif karena menjadi contoh bagi pengikutnya.

“Lakukan hal yang positif, kalau gak mau jatuh ke bawah jangan jatuhin diri kamu sendiri dan jangan ambil urusan yang berisiko,” tandasnya.(lta/ris/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs