Prof. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) Dokter bidang nutrisi dan penyakit metabolik ilmu kesehatan anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo mengatakan, cara mengatasi dan mengantisipasi anak susah makan adalah dengan memperbaiki pola jadwal makannya sejak masih ASI.
“Jadi anak itu ada lapar dan kenyang, itu yang kita betulkan. Dan begitu sudah diatasi itu, sudah bagus,” kata Damayanti dalam diskusi daring diikuti di Jakarta, Rabu (1/11/2023) dilansir Antara.
Ia juga menjelaskan anak sulit makan ada beberapa macam, yaitu yang hanya mau makan makanan tertentuatau picky eater, dan ada juga yang selected eater atau tak suka bentuk makanan apapun.
Namun orang tua tetap harus memenuhi empat jenis makanan yaitu karbohidrat, sumber protein hewani, sayur dan buah.
Damayanti mengatakan, sekitar 87 persen batita memiliki masalah sulit makan karena tidak mengetahui pola makan yang benar. Ia juga menambahkan, mengatur pola makan harus dilakukan sejak bayi masih mengonsumsi ASI dan melihat tanda lapar anak.
Seorang ibu perlu tahu kebiasaan lapar bayi yang biasanya berkisar 1,5 jam hingga dua jam. Ibu yang responsif terhadap sinyal lapar anak, akan menciptakan hubungan yang kuat dan akan menumbuhkan perasaan kepercayaan dasar (basic trust) anak, bahwa ada yang menyadari tanda laparnya.
Disitulah anak akan melihat keteraturan yang dibangun sang ibu dan menemukan pola lapar dan kenyangnya.
Hal ini juga berlaku ketika anak sudah memasuki masa MPASI atau makanan pendamping ASI. Idealnya pola makan anak yang memasuki MPASI adalah tiga kali makan utama, dua kali cemilan dan tiga kali ASI.
“Nah disitu nanti dia melihat keteraturan. Nanti anaknya semakin besar, kan lambungnya juga semakin besar. Dia makan minumnya semakin cepat, ibunya juga semakin tahu, saat laparnya dia bisa minum ASI lebih banyak, sehingga laparnya lebih panjang, kalau itu tidak diperhatikan ya berantakan semua,” ucapnya.
Pola makan yang teratur ini juga perlu diterapkan ketika anak harus diasuh oleh orang lain selain orang tuanya. Setiap makan, kata Damayanti, juga harus ada komunikasi dan interaksi yang bisa meningkatkan bonding orang tua terutama ibu, kepada anaknya sehingga anak terstimulasi dengan baik.
Perkenalan makanan pada anak juga harus didasari dengan apa yang keluarga makan sehingga anak tidak pilih-pilih makanan, tentunya dengan tekstur yang disesuaikan dengan fase pertumbuhan. Damayanti juga mengatakan makanan MPASI anak juga perlu bumbu-bumbu agar meningkatkan selera makannya.
Namun jika orang tua menemukan anak kesulitan untuk kenal makanan baru hingga mengubah perilakunya, sebaiknya konsultasikan ke psikiatri untuk diobservasi.
Selain mengatur jam makan yang baik, pola tidur anak juga perlu diperhatikan agar pertumbuhannya juga baik dan tidak terganggu. Terlalu banyak tidur siang akan mengganggu jam makannya dan utamakan tidur malam karena di jam 11 sampai dua malam hormon pertumbuhan bekerja.
“Kalau jamnya makan, dibangunin. Sehingga dia nanti lama-lama bergeser tidurnya ke malam. Karena banyak sekali akhirnya tidur siangnya banyak, terus malamnya dia bergadang, nggak dapet tuh hormon pertumbuhannya nanti,” ucap Damayanti.
Untuk anak usia 0-2 tahun idealnya jam 8 malam sudah masuk kamar untuk bersiap tidur tanpa gadget, agar mendapatkan tidur yang nyenyak di mana jam hormon pertumbuhan bekerja. (ant/mel/bil/ipg)