Teater Api Indonesia Ceritakan Perjalanan 29 Tahun Berkarya Lewat Foto

Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-29, Teater Api Indonesia (TAI) menggelar rangkaian kegiatan mulai 29-31 Juli 2022 di Balai Pemuda Surabaya. Selain lewat pameran foto, TAI menceritakan perjalanannya juga dengan Launching Buku bertajuk TAI 29 Tahun Perjalanan Teater Api Indonesia dan Diskusi Teater.

Luhur Kayungga Sutradara Teater Api Indonesia mengatakan, pameran ini pertama kalinya diadakan setelah 29 tahun berkarya. Puluhan foto yang terpajang di dinding mengabadikan pementasan TAI saat membawakan beragam cerita.

“Saya kira itu satu introspeksi, ingin melihat dari 29 tahun perjalanan, apa yang jadi catatan penting pada proses itu,” kata Luhur saat dikonfirmasi suarasurabaya.net, Sabtu (30/7/2022).

Grup teater yang sudah ada sejak 1993 itu terus produktif. Setiap kali selesai produksi, tim rutin menggelar tour keliling setidaknya di lima hingga tujuh tempat se-Indonesia.

“Produksi kita terakhir judulnya Tuan Markun. Tahun lalu (2021) saat pandemi jadi belum pernah dipentaskan secara langsung, hanya daring. Nanti akan pentas tanggal 8 Oktober 2022 di Cak Durasim,” imbuhnya.

Luhur berharap, pameran foto dan kegiatan lainnya dalam rangkaian HUT ini bisa digunakan sebagai wacana terutama untuk kelompok-kelompok teater lain.

Pameran yang bertempat di depan Galeri Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dalam pembukaan acara Jumat (29/7/2022) malam, dihadiri langsung oleh Wouter Housen, Deputy Public Affairs Officer, U. S. Consulate General Surabaya.

Dalam kesempatan sambutannya, Housen mengapresiasi kelompok seni Teater Api Indonesia yang terus berkarya hingga usia ke-29.

“Melewati perjalanan 29 tahun, pasti telah banyak melewati berbagai hambatan dan perjuangan, namun Teater Api Indonesia masih terus berkarya,” ucapnya dalam bahasa Inggris.

Housen juga mengatakan, dialog kebudayaan seperti yang dilakukan Teater Api Indonesia akan menyatukan masyarakat meski berlatar belakang budaya yang berbeda.

“Saya ingin menekankan tentang kekuatan Teater dalam konteks solidaritas, atau yang di Indonesia dikenal sebagai Gotong Royong., dan inilah yang membuahkan hasil menjadiu Teater Api,” imbuhnya.

Sementara Chrisman Hadi Ketua DKS mengungkapkan, kehadiran Housen menunjukkan bahwa teater merupakan bahasa universal.

“Seperti merasa gembira, sedih atau kecewa, seperti juga seni yang bernilai universal yang akan menyatukan manusia dari berbagai belahan dunia untuk bisa duduk bersama dan berdialog,” tutur Chrisman. (lta/iss)