Setelah sempat menembus pasar Singapura, Choirul Mahpuduah produsen almond crispy sekaligus pendiri Kampung Kue Rungkut Surabaya kembali mencoba peruntungannya untuk menembusi lagi jaringan market yang sempat buntu karena pandemi Covid-19.
“Sebelum pandemi, produk saya sempat tembus pasar Singapura. Sebagai second choice of home industri, juga sempat terpilih jadi produk yang dijual di Citilink. Karena waktu itu Bu Risma Wali Kota bekerjasama dengan Citilink,” ujar Choirul Mahpuduah yang biasa disapa Bu Irul pada suarasurabaya.net di tengah pelatihan pembuatan kue basah untuk kalangan ibu-ibu di acara Kampung Ramadan, Sabtu (17/4/2022).
Perempuan yang sempat dinobatkan menjadi Pahlawan Ekonomi karena telah berhasil menggerakkan kalangan ibu-ibu di Kawasan Rungkut Lor Gang II Surabaya tersebut, masih terus bekerja keras dalam menggerakkan mesin ekonomi masyarakat sekitar dan dapur rumahnya sendiri.
“Waktu pandemi kemarin, aduh saya nggak bisa komentar banyak. Sebelumnya saya bisa mempekerjakan empat pegawai untuk produksi almond crispy. Sekarang hanya tinggal satu orang saja,” ungkapnya.
Dia mengaku sempat terhantam pandemi Covid-19, yang menyebabkan dirinya terpaksa menghentikan ekspor almond crispy ke Singapura, serta membuat hampir seluruh produknya ditarik dan dikembalikan. Meski begitu, Choirul Mahpuduah tetap optimis dan terus berusaha menjaga semangat ibu-ibu di Kawasan Rungkut lor Gang II untuk terus produktif.
“Pandemi kemarin, produk saya sempat ditarik dari peredaran toko oleh-oleh dan supermarket. Dikembalikan karena toko oleh-oleh dan supermarket mengutamakan penjualan untuk internal produknya sendiri. Tapi saya tidak boleh menyerah,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga menerima konsultasi dan mendampingi produsen kue skala kecil yang sempat ‘munting’ dan harus putar otak saat bahan baku kue sedang naik.
Sampai saat ini, Choirul Mahpuduah masih sibuk memberikan pelatihan pembuatan kue gratis bagi kalangan ibu-ibu yang ingin berkembang dan berwirausaha.
“Kalaupun ada tarif biaya, paling uang ganti bahan Rp20 ribu kayak tadi, itupun hasilnya bisa dibawa pulang oleh ibu-ibu,” kata Choirul Mahpuduah sambil menggulung sosis solo buatannya.
Bu Irul tidak pernah menyerah, ia tidak mau pandemi mengancurkan usaha keras yang telah ia lakukan sejak lama.
“Saya harus mendampingi ibu-ibu kampung kue untuk berjuang, untuk survive. Pandemi tidak boleh menghancurkan eksistensi kampung kue yang sudah kita bangun bersama,” imbuhnya.
Perempuan yang dulunya seorang worker representative dan getol memperjuangkan hak buruh perempuan sejak tahun 1992 tersebut, mengaku percaya bahwa semua usaha yang dilakukan pasti akan membuahkan hasil.
“Saya akan terus berjuang untuk bergerak bersama pengusaha kue tradisional di Kampung Kue agar bisa terus produktif dan berdaya secara ekonomi. Tantangan pandemi, harga bahan baku naik. Semua nya bisa kita selesaikan dengan saling sharing dan saling membantu,” pungkas Choirul Mahpuduah. (tha/bil/ipg)