Menurut data dari Pusat komunikasi dan Informasi Publik, kasus bullying pada anak remaja di Indonesia semakin meningkat.
Tiara Diah Sosialita MPsi Psikolog dan dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga, memaparkan Bullying dipicu rasa perasaan iri, dendam, dan permusuhan antar remaja. Bullying dilakukan karena kepercayaan diri yang rendah.
“Bullying juga menjadi sarana untuk mendapat perhatian orang sekitarnya. Pem-bully akan merasa puas, kuat, dan lebih dominan,” ujarnya.
Menurutnya, media juga menjadi penyebab terjadinya bullying, seperti tindakan kekerasan yang menjadi inspirasi serta dorongan untuk melakukan hal tersebut.
Ada pun cara mencegah perilaku bullying pada remaja, yang dibagikan oleh Tiara adalah menjelaskan bentuk-bentuk tindakan bullying serta akibat yang ditimbulkan.
Sementara itu, Tiara juga membagikan tips bagi korban bullying. “Pertama korban bullying harus percaya diri dan menghadapinya dengan kepala tegak. Kedua mencari bantuan seperti orang tua, saudara, guru, atau konselor. Ketiga menyimpan bukti-bukti tindakan bullying untuk di laporkan ke pihak berwajib,” ujarnya.
“Sebagai teman, kita harus melerai, mendamaikan, atau mencari bantuan kepada guru atau pihak berwenang.” kata Tiara.
Ia menjelaskan ciri indikasi tindakan bullying. Pertama secara fisik seperti memar, luka, dan patah tulang. Kedua perilaku seperti tertutup, kesulitan berbaur, dan self-harm. Ketiga secara mental seperti emosi tak terkontrol serta gangguan komunikasi
Orang tua, dapat meminta bantuan pihak sekolah bila anaknya terindikasi menjadi korban bullying. Selain itu juga dapat melibatkan konselor atau psikolog jika terdapat trauma pada korban. (des/ipg)