Sabtu, 23 November 2024

Pasca Erupsi, Masih Ditemukan 242 Jenis Anggrek di Gunung Semeru

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Anggrek Tour Festival diadakan di lereng Semeru desa Sumber Mujur Kecamatan Candi Puro Kabupaten Lumajang, Rabu (23/3/2022). Foto: Humas UM Surabaya

Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) dalam peringatan Milad ke-38 mengadakan Festival Literasi Semeru (FLS) 2022, Rabu (23/3/2022).

Agenda yang digelar di lereng Semeru Desa Sumber Mujur Kecamatan Candi Puro Kabupaten Lumajang terdiri dari Sekolah Alam Raya. Salah satu acara yang menarik perhatian adalah Anggrek Virtual Tour yang memperlihatkan ratusan jenis anggrek masih ada pasca erupsi.

“Anggrek Virtual Tour adalah agenda mengenalkan berbagi jenis Anggrek dan cara teknis membudidayakannya. Acara dipandu oleh warga lokal yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan Anggrek dibantu oleh para relawan Matana (Mahasiswa Tanggap Bencana),” ujar Radius Setiyawan Manager Director FSL 2022 .

Saiful Amiri, warga lokal yang juga aktivis konservasi Anggrek menjelaskan berbagai jenis Anggrek, terutama kondisinya pasca erupsi. Dia juga menyebutkan kurang lebih ada 242 jenis yang ada di Semeru.

“Pasca erupsi Semeru saya melakukan pemantauan kondisi Anggrek di Gunung. Terpantau kondisinya tidak terlalu terganggu. Saya bersama beberapa relawan mahasiswa menyusuri gunung melihat satu persatu habitatnya. Berbagai Anggrek yang unik dan menarik kita temui di sana,” ujar Saiful.

Saiful juga menambahkan bahwa dari ratusan Anggrek yang ada. Ada tiga jenis Anggrek yang menarik perhatian. Yakni jenis Anggrek terkecil di dunia, Anggrek Permata dan Anggrek Hantu.

Corybas Pictus merupakan salah satu jenis anggrek terkecil di dunia. Bentuknya kecil berwarna hijau dan merupakan salah satu jenis tanaman yang langka,” ujarnya.

Relawan Mahasiswa Tanggap Bencana (Matana) UM Surabaya Syahril Ali Syabana juga ikut menjelaskan.

Macodes Petola atau orang menyebutnya Anggrek Permata dengan ciri khas urat daun menyemburkan kilauan seperti permata, terutama pada malam hari. Jenis tanaman ini pada tahun 1990 adalah salah satu jenis tanaman yang paling diburu. Sehingga pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyatakan status tanaman jenis tersebut dilindungi” ujar Syahril.

Sedangkan jenis satunya adalah Chilostita Javanica atau Anggrek Hantu. Jenis tanaman ini tidak mempunyai daun. Hanya mempunyai akar dan bunga kecil. Nama hantu disematkan karena tanaman tersebut mudah menyamar. Hal tersebut bagian dari adaptasi. Selain itu juga, penampakan bunganya menyerupai sosok hantu.(man/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs