Jumat, 22 November 2024

Kondisi Ganguan Mental? Kenali Ciri-Cirinya…

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi. Kondisi kesehatan mental yang sedang tidak baik-baik saja. Foto: Pixabay

Kondisi kesehatan mental atau mental health merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Namun, terkadang beberapa orang sering melakukan self diagnose terkait kondisi kesehatan mental yang baik-baik saja maupun tidak.

Terkait kondisi tersebut, jika ditemui kondisi mental seseorang sedang tidak baik-baik saja, yang harus dilakukan adalah mencari bantuan psikolog profesional.

Dr. Rahkman Ardi Dosen Psikologi Siber Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, berdasarkan penelitian Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, Indonesia mengalami darurat mental health.

“Darurat mental health ya memang karena Indonesia sendiri kalau kita lihat penelitiannya Riskesdas 2013 prevalensinya cukup tinggi. Tapi kita masih belum tau apakah akibat pandemi masih sama atau bahkan lebih tinggi,” kata Ardi kepada suarasurabaya.net, Senin (9/5/2022).

Gangguan kesehatan mental atau mental illness sendiri memiliki beragam jenis, Seperti Bulimia Nervosa, Narsistik, dan masih banyak lainnya. Menurut Ardi, layaknya kesehatan fisik seseorang, kesehatan mental juga harus dijaga.

“Berdasarkan perspektif klinis, tiap orang pasti punya gejala, tapi tidak bisa disebut sebagai gangguan. Sama seperti fisik ada kalanya batuk, kurang sehat, dan sebagainya. Tapi sepanjang bisa berfungsi optimal, produktif, adaptif dengan lingkungan sekitar itu tidak masalah,” terangnya.

Namun, ketika seseorang merasa dirinya sudah tidak wajar, serta tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, disarankan untuk mendatangi psikolog profesional.

“produktivitas orang terganggu, tidak bisa beradaptasi, tidak bisa berfungsi dengan baik dalam kesehariannya, kita bisa curiga orang tersebut memiliki gangguan kesehatan mental. Atau kalau kita ngerasa gak bisa ngapa-ngapain misalnya sampai gak bisa keja sampai enam bulan, terganggu dengan keberadaan orang lain, dan sebaliknya orang lain terganggu dengan adanya kita,” paparnya.

Tetapi, dampak dari hal tersebut tetap tidak bisa menjadi dasar seseorang melakukan self diagnosis.

“Biasanya orang akan googling terus melakukan self diagnosis ke dirinya sendiri dan mengklaim mengalami gangguan kesehatan mental. Itu sangat bahaya,” tambahnya.

Menurut Ardi, gangguan semacam ini bisa menyerang siapapun tidak terbatas pada usia. Bahkan bisa mengenai anak-anak.

“Faktornya beragam, ada personal, lingkungan juga sangat kuat pengaruhnya. Selain itu ada genetik, meski sifatnya pasif. Tidak seperti kemudian kita bicara soal faktor lingkungan. Orang yang kemudian punya faktor genetik tapi dibesarkan dalam lingkungan yang baik maka akan jadi kuat. Sedangkan orang sebaik apapun jika tumbuh di lingkungan yang resikonya tinggi maka akan meningkatkan resikonya juga,” tambah Ardi.

Belakangan yang marak terjadi, adalah ketika seseorang menggunakan dunia maya untuk mengungkapkan perasaannya. Padahal secara tidak langsung, tindakan itu justru mengundang respons yang merusak mental.

“Itu bisa berpotensi orang punya gangguan karena diserang, muncul cyber bullying. Sosmed itu kan recordable jadi membuat kesehatan mental seseorang menjadi riskan, karena mudah ditrack orang lain, apa yang sudah diposting,” tutupnya. (lta/bil)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs