Alumni Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya menampilkan ciptaan koleksi busana yang menceritakan relasi manusia dengan sesama dan alam sekitar pada acara 7th Annual Graduation Show FIK Ubaya 2022 di The Chameleon Hall Tunjungan Plaza 6, Surabaya, Sabtu (10/12/2022) pukul 19.00 WIB.
Acara Graduation Show kali ini menampilkan 154 karya busana yang dibuat oleh 78 mahasiswa FIK Ubaya dan dibawakan oleh 53 model.
Rancangan terbagi menjadi tiga tema kecil yang telah diklasifikasikan menurut dua kelompok busana yang berbeda, yaitu Local Content Design Project dan Evening Gown Design Project serta satu kelompok khusus untuk karya mahasiswa tugas akhir.
Alifia Maudy Fararidwana membuat busana bertajuk “Different Not Less” tentang anti-bullying terhadap penyandang disabilitas.
Koleksi desainer yang kerap disapa Maudy itu, memiliki arti bahwa seorang disabilitas. Walaupun berbeda atau memiliki keunikan, tetap tidak mengurangi arti mereka seperti manusia lainnya.
Maudy menyampaikan bahwa dari 30 desain yang dikerjakannya, 5 final desain berhasil direalisasikan dalam waktu 6 bulan mulai dari penyusunan konsep, warna, hingga menjahit.
“Kendala pasti ada karena kadang ada bahan yang tidak cocok. Saat digambar terlihat bagus, tapi saat direalisasikan terlihat kurang,” jelasnya saat ditemui suarasurabaya.net pada Sabtu (10/12/2022) siang.
Ia mengatakan, busana ini mengusung campaign concept di mana suara komunitas disabilitas dapat didengar oleh seluruh masyarakat.
“Konsep ini dituangkan ke dalam style rebellious sporty yang menggambarkan keaktifan dan sifat pemberani. Warna yang dipilih juga mayoritas hitam, merah, serta putih. Untuk hitam dan merah memiliki arti berani, menantang, dan kontroversial. Sedangkan putih menggambarkan kejujuran juga ketulusan,” ujarnya.
Sedangkan rekannya, Tin Nur Zahrotul Ula mememilih “The Frorelt” mengenai pencairan gletser sebagai konsep busana rancangannya.
Ia mengaku terinspirasi dari pencairan gletser akibat pemanasan global sehingga menyebabkan volume air pada bumi meningkat.
Busana ini menjadi campaign untuk mengurangi polusi maupun limbah agar pemanasan global semakin berkurang dan menjadikan bumi lebih baik untuk generasi selanjutnya.
“Untuk itu, koleksi ini sebagian besar menerapkan konsep zerowaste fashion dengan menciptakan pakaian tanpa memotong kain sehingga kain tersebut dapat digunakan di kemudian hari. Saya juga memanfaatkan bekas potongan kain dari garmen lain yang dijadikan sebagai detail patchwork pada koleksi,” ujarnya.
Pencairan gletser digambarkan melalui wrinkle pleats, teknik warna tie dye, dan ombre pada busana serta sebagian besar garmen yang memiliki desain oversize.
Sejumlah busana karya Maudy dan Tin Nur ini merupakan bagian dari tugas akhir yang mereka kerjakan selama satu semester dengan tema besar graduation show FIK Ubaya 2022 yaitu “Persona”.
Tema ini memiliki arti menjadi manusia yang lebih bijak dengan memanusiakan diri sendiri, sesama, dan alam sekitar.
“Pada masa pemulihan pascapandemi, manusia semakin peka dengan kondisi lingkungan di sekelilingnya. Cara mengungkapkannya pun berbeda-beda karena setiap karakter memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Dari sinilah tercetus ‘Persona’ sebagai tema besar,” ujar Hany Mustikasari penanggung jawab acara Graduation Show FIK Ubaya 2022.
Melalui acara Graduation Show ini, Hany berharap bisa membawa angin segar bagi industri fashion setelah sekian tahun dilaksanakan secara online.
“Semoga bisa menginspirasi dan mendorong banyak orang untuk melahirkan karya-karya baru di bidang fashion,” pungkasnya.(red/rum/iss)