Maraknya fenomena anak muda yang berkumpul dan memamerkan gaya berpakaian layaknya catwalk di sekitar Citayam atau yang biasa disebut Citayam Fashion Week menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat baik yang pro ataupun kontra.
Pujo Sakti Nur Cahyo, Pakar Kajian Budaya sekaligus Dosen Departemen Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga (Uniar) menjelaskan, fenomena Citayam Fashion Week adalah bentuk artikulasi kultural, dari setiap anak muda yang mengikuti kegiatan tersebut.
“Dalam perspektif kebudayaan, cara kita berpakaian merupakan artikulasi dari identitas kita. sehingga dapat diekspresikan melalui cara berpakaian, baik itu nantinya merujuk pada kelas sosial, background pendidikan, ataupun tingkat kesejahteraan,” jelas Pujo dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (23/7/2022).
Citayam Fashion Week adalah bentuk ekspresi dan eksistensi anak muda di tengah hiruk pikuk ibukota yang senantiasa dinamis. Selain itu, fashion taste dan tren begitu cepat berputar karena fashion merupakan entitas yang terus bergerak dinamis dan suatu saat akan berubah serta mengalami perubahan.
“Semua fashion akan mengalami yang namanya sirkulasi. Seperti pada era 80-an pernah populer gaya anak muda dengan pakaian warna warni, yang kembali populer di era 2000-an,” ujarnya.
Menurutnya, fashion Citayam belum tentu akan menjadi mode pakaian baru, karena tidak didasarkan pada konsep fashion tertentu.
“Kalau menjadi mode tren fashion 2022, saya pikir dalam komunitas tertentu, iya. Tetapi untuk konteks masyarakat yang lebih besar, saya kira tidak,” ungkap Pujo. (des/ipg)