Direktur Medik JEC Eye Hospitals and Clinics yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) mengatakan, gejala tersebut muncul karena terjadi robekan pada retina atau fase awal ablasio retina.

“Ablasio retina merupakan penyakit ketika pada lapisan retina (lapisan tipis di belakang bola mata) terjadi suatu robekan atau lubang, yang menyebabkan lapisan tipis ini akhirnya terangkat sehingga mengalami kekurangan oksigen atau nutrisi,” kata dia, seperti yang dikutip Antara, Rabu (24/8/2022).

Soefiandi menuturkan, ablasio retina berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatannya secara mendadak atau perlahan, sehingga harus dilakukan tindakan operasi segera.

“Di kamar operasi retina JEC@ Menteng kami kerap menemukan sampai 400 pasien per tahun yang membutuhkan penanganan operasi darurat ablasio retina,” tutur dia.

Sementara itu, gejala awal penyakit ini, selain munculnya bercak hitam, juga adanya sensasi seperti terkena kilatan cahaya layaknya dipotret menggunakan lampu kilat atau blitz.

“Terjadi saat sadar, bukannya tertidur atau merem,” tutur Soefiandi.

Berbicara penyebab, ablasio retina bisa muncul karena trauma atau benturan pada mata atau tidak diketahui penyebabnya.

Sebagai informasi, terkait faktor risiko, riwayat minus tinggi menjadi salah satunya. Soefiandi mengatakan, orang dengan minus tinggi memiliki panjang bola mata lebih panjang dari ukuran normal. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor risiko timbulnya penyakit ablasio retina.

Faktor lainnya yakni usia. Semakin bertambahnya usia, ada faktor degenerasi dari dalam mata yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ablasio retina.

“Ketiga, faktor sistemik seperti diabetes walau kaitannya tidak langsung, jika terjadi kondisi kelainan di retina, bukan tidak mungkin terjadinya penyakit ini,” demikian kata Soefiandi. (ant/des/ipg)