Meski menggoda, kudapan gorengan tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi setiap berbuka puasa.
“Bahaya gorengan dan makanan tinggi lemak jika dikonsumsi setiap hari dengan jumlah yang banyak maka bisa menyebabkan asam lambung tinggi atau GERD,” kata Siti Fatimah Rahmawati Ahli Gizi RSU Bhakti Rahayu Surabaya kepada suarasurabaya.net, Selasa (5/4/2022).
Resiko Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang mungkin muncul ini ditakutkan akan mengganggu dan membuat tidak nyaman selama menjalankan ibadah puasa.
Selain makanan manis, relatif banyak masyarakat yang menjadikan gorengan sebagai salah satu menu wajib saat berbuka puasa.
“Jika dikonsumsi dalam batas wajar, tidak menjadi masalah asal harus diimbangi makanan tinggi serat,” jelasnya.
Menurut Siti Fatimah, minyak goreng juga mengandung lemak jenuh dan lemak trans yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
“Dalam kadar tertentu, peningkatan kolesterol ini, seringkali jadi akar dari berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan stroke, ” jelasnya.
Siti Fatimah melanjutkan, ada dua jenis lemak trans. Pertama, lemak trans alami yang hadir dalam jumlah sedikit di dalam makanan, seperti daging dan produk susu.
Kedua, lemak trans buatan yang terbentuk ketika lemak jenuh melalui proses hidrogenasi, yang muncul saat makanan digoreng pada suhu tinggi.
“Nah proses lemak trans buatan ini akan mengubah struktur kimiawi lemak, sehingga nantinya akan lebih sulit untuk dicerna oleh tubuh. Alhasil, akan timbul berbagai efek buruk bagi kesehatan akibat kandugan lemak trans,” imbuhnya.
Siti Fatimah memberi tips agar minyak tidak menyerap ke dalam makanan yang digoreng, disarankan untuk menggoreng makanan pada suhu 170–190°C.
“Suhu menggoreng penting untuk diperhatikan, karena suhu minyak yang terlalu tinggi bisa merusak minyak dan menghasilkan radikal bebas yang berpengaruh buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang, ” terangnya.
Melonjaknya harga minyak goreng di pasaran, terkadang membuat beberapa orang memilih membeli makanan olahan yang sudah jadi karena pertimbangan harga yang lebih terjangkau dan praktis, ketimbang menggoreng sendiri.
“Ini juga perlu di waspadai karena sebelum membeli kita harus perhatikan, warna minyak goreng yang digunakan dan suhu minyaknya. Kalau dipakai berkali-kali dengan suhu tinggi tentu senyawa karsinogeniknya cukup berbahaya, ” pungkasnya.(tha/iss)