Cak Kartolo, tokoh ludruk legendaris di Surabaya dan Jawa Timur mengaku sudah satu setengah tahun ini jarang manggung akibat pandemi Covid-19. Sementara, untuk mencari atau melakukan pekerjaan lainnya dia juga tidak biasa. Tapi pada akhirnya, supaya bisa tetap berkarya, dia bikin channel YouTube.
Dia menyampaikan situasi yang cukup memprihatinkan itu saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Senin (28/6/2021) pagi. Anehnya, meski yang dia sampaikan situasi memprihatinkan tentang dirinya, Sang Legenda Hidup Ludruk itu tetap mampu membuat yang mendengarkan tertawa. Terutama Ananda Maharani, penyiar yang mewawancarainya di udara.
“Kalau boleh tahu, sudah berapa lama enggak manggung, Cak?” Tanya Nanda, begitu penyiar Suara Surabaya itu disapa.
“Ya, kira-kira setahun setengah,” jawab Cak Kartolo.
“Kangen enggak, lama sudah enggak manggung?”
“Iya, kangen. Tapi punya uang di bank itu banyak, Mbak,” sergah Kartolo.
“Ini kalau minta, boleh enggak? Kan, uangnya di bank banyak.”
“Lho, uangnya orang-orang itu, lho,” seloroh Cak Kartolo.
Bertahan di tengah pandemi Covid-19, apalagi bagi seniman yang biasa manggung, tentu saja tidak mudah. Ketika mengudara di Radio Suara Surabaya hari ini, Cak Kartolo tidak menampik itu. Dia tetap berupaya bertahan. Kartolo yang tidak lagi muda harus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi seiring himpitan ekonomi akibat pandemi.
Sebenarnya sudah sejak beberapa waktu lalu Cak Kartolo punya channel YouTube. Tapi sepertinya di channel yang baru ini dia menggarapnya dengan serius. Dia pun mengaku, kini dia tidak bisa lagi disebut aktif dalam ludruk. Melainkan seorang pelawak.
“Sekarang saya, kan, lawak, bukan ludruk. Kalau ludruk, kan, banyak anggotanya. Kalau lawak orang empat (bisa). Ya, satu tahun setengah enggak boleh pentas, ya, gimana lagi. Kerja lainnya, ya, enggak pernah. Mau ke Gembong (Pasar Gembong) jualan, ya, enggak biasa,” katanya.
“Saya minta gantikan jadi penyiar juga enggak mungkin juga, ya, Cak?” Tanya Nanda. “Lho, kalau ‘jelas’, monggo. Gantian jadi penyiar enggak apa-apa. Cuma ya jam-jam dua gitu, pas orang-orang sudah tidur enggak apa-apa. Dadi enggak ana sing ngerungokno (Jadi enggak ada yang mendengarkan, red),” seloroh Kartolo.
Channel YouTube yang lumayan baru, yang dikelola Kartolo dan kawan-kawannya, bernama Cak Kartolo Channel. Sudah ada sejumlah video lawak khas Suroboyoan yang tetap memuat ciri khasnya: Jula-Juli, yang diunggah di channel tersebut. Tapi karena tergolong baru, jumlah subscriber channel-nya pun belum terlalu banyak. Tidak lebih dari 855 subscriber.
Nanda Maharani pun penasaran, sebenarnya apa alasan utama Cak Kartolo membuat channel YouTube? Apakah karena memang menjadi upaya utama untuk tetap bertahan di tengah pandemi atau karena alasan lainnya? Dasar seniman, Cak Kartolo pun menjawabnya dengan begitu santai.
“Lha, nama saya dipake orang (di channel lain yang bukan miliknya, red). Kalau saya enggak bikin, ya… Bikin, ya, sudah telat. Elek-elek titik, penting nggawe. Gitu,” ujarnya.
Untuk mengelola channel YouTube barunya ini, dia mengakui ada tim yang membantunya. “Ada timnya, saya itu hanya ngelakoni, nyalahno, mbayari (menjalankan peran, menyalahkan tim, memberi upah, red). Lek ono duike (kalau ada uangnya, red). Tapi wong ga ono duike. Yo, sabar mawon (tapi karena tidak uangnya, ya, sabar saja – untuk timnya, karena sering disalahkan, red),” katanya.
Dia mengakui, tampil melawak di YouTube dengan tampil di panggung luring atau offline memang berbeda. “Kalau YouTube, kan, kapan uangnya keluar? Kalau di panggung, kan, langsung. Kadang-kadang,” ujarnya. Dia pun berharap, begitu dia mengudara di Suara Surabaya, channel YouTube-nya langsung punya satu juta subscriber.
“Kalau bisa sampai satu juta, ya, enggak apa-apa itu,” harapnya. “Sekarang ini yang nonton cuma dua. Orang laki ambek perempuan tok.”
“Lha, masak cuma dua, Cak?” Tanya Nanda.
“Ya, kalau enggak laki sama perempuan, apa lagi?” Sergah Cak Kartolo yang lagi-lagi membuat Nanda tertawa.
Karena sering tertawa itulah yang membuat Nanda bilang, “Saya itu senang, lho, ngobrol begini sama Cak Kartolo. Ini nambah imun, lho, cak. Njenengan dapat pahala, saya nambah imun.”
Tapi simak saja jawaban Cak Kartolo pada Senin pagi menjelang siang itu, yang kembali membuat Nanda tertawa. “Iya, tapi saya belum sarapan ini.”
Terakhir, Nanda meminta Cak Kartolo sebagai tokoh ludruk yang dibanggakan masyarakat Surabaya dan Jawa Timur untuk mengajak semuanya melaksanakan protokol kesehatan secara disiplin. Dari lima poin protokol kesehatan 5M, Cak Kartolo lupa salah satu poin. Yakni mengurangi mobilitas. Tapi dia ingat betul soal jaga jarak.
“Saya aja jaga jarak. Istri saya tak suruh pulang ke rumah orang tuanya,” kata Cak Kartolo. “Lha, kok disuruh pulang, Cak?” Tanya Nanda. “Lha, saya enggak kerja, terus sing dipangan opo lek enggak nang morotuane?” Jawab Cak Kartolo. Nanda lagi-lagi tertawa dan menyebut bahwa strategi Cak Kartolo itu sangat jitu. “Ini senjata jitu ya, kembali ke rumah pondok mertua.”
Buru-buru Cak Kartolo menanggapi. “Iya, nanti kalau sore saya di-teri (diantar makanan dari rumah mertuanya oleh istrinya, red),” ujarnya.
Begitulah percakapan singkat Cak Kartolo, Sang Legenda Hidup Ludruk Surabaya dan Jawa Timur dengan Suara Surabaya Media. Sebuah obrolan singkat tentang sesuatu yang sangat serius dan cenderung memprihatinkan, tapi tetap dibawa santai dan mengundang tawa.(den/tin)