Sabtu, 23 November 2024

Refleksi Hari Bumi 2021, Pulihkan Bumi Kita

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Shutterstock

Tanggal 22 April dideklarasikan sebagai Hari Bumi, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Dalam referensi internasional, ada sebutan Only One Earth sebagai bentuk kesadaran pada masyarakat bahwa kita hanya memiliki satu bumi sebagai tempat tinggal.

“Paling tidak, kita ingat, kita ini hidup di bumi, hanya di bumi. Nggak bisa di Merkurius, di bulan, matahari maupun bintang. Untuk itu yuk diramut, dirumat, diruwat, seperti katanya Cak Nun” ujar Suparto Wijoyo Pakar Hukum Lingkungan Unair pada Radio Suara Surabaya, Kamis (22/4/2021).

Peringatan Hari Bumi tahun ini mengambil tema “Pulihkan Bumi Kita”. Menurutnya, bumi perlu dipulihkan karena saat ini banyak terjadi pencemaran lingkungan. Seperti limbah sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan, pengharum ruangan yang berasal dari bahan kimia berbahaya, kulkas yang mengandung CFC dan masih banyak lagi.

“Tanpa kajian ilmiah pun, masyarakat bisa merasakan bumi makin panas. Di Batu dulu, 30 tahun lalu, 16 derajat celcius paling tinggi. Oh sekarang ya 25 derajat, ya kayak begitu itu,” imbuhnya.

Suparto meminta masyarakat untuk mulai melakukan gerakan-gerakan peduli lingkungan. Misalnya, mengganti pengharum ruangan dengan wewangian alami seperti bunga melati, pandan, dan sedap malam.

Selain bermanfaat untuk menjaga bumi dengan tidak merusak ozon, mengganti pengharum ruangan dengan bahan alami juga meminimalisir pengeluaran belanja rumah tangga, lebih ekonomis.

Tah hanya itu, ia juga mengajak masyarakat untuk mengecek kulkas di rumah masing-masing. Apakah ada stempel non CFC atau tidak, kalau tidak berarti masih belum ramah lingkungan. Sehingga perlu ditukar dengan kulkas non CFC.

Karena menurutnya, dengan menggunakan kulkas non CFC berarti turut serta dalam melindungi bumi, menjaga lapisan ozon agar tidak berlubang.

Hal seperti ini perlu ditanamkan pada masyarakat sedini mungkin, karena jika semua masyarakat menerapkan hal yang sama, akan menjadi perubahan yang besar.

“Perilaku kita harus dimulai dari dini, sebab, saya yakin ini akan jadi langkah besar,” tambahnya.

Selain itu, pada Hari Bumi ada gerakan menanam pohon yang melibatkan guru, mahasiswa, polisi yang juga bisa dilakukan masyarakat di rumah masing-masing.

Menurutnya, lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga lain juga berperan dalam mendukung gerakan peduli lingkungan dengan membuat kebijakan-kebijakan yang selaras.

“Misalnya, ada kebijakan bagi-bagi lahan Perhutani. Kebijakan pemerintah yang semacam ini tetap harus dikawal oleh kampus, media, oleh kita semua. Tapi rakyat tetap dibimbing, diarahkan,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa pembagian lahan ini digunakan untuk membuat masyarakat menjaga lahan agar tetap menjadi hutan, bukan malah diganti kebun jagung atau tanaman produktif lain. Nantinya, masyarakat akan mendapat insentif karena turut menjaga lahan Perhutani.

Suparto yang juga sebagai anggota MUI Jawa Timur itu menerangkan bahwa pihaknya juga telah menggagas bersama-sama di lembaga pemuliaan lingkungan dengan tidak hanya melabelkan produk dengan sertifikasi halal tapi juga sertifikasi ramah lingkungan untuk sama-sama memulihkan bumi.(frh/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs